Mustasyar PBNU KH Dimyati Rois asal Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah saat menerima rombongan Anjangsana Islam Nusantara Pascasarjana STAINU Jakarta, mengatakan bahwa budaya silaturahim dan musyawarah harus ditingkatkan.
Hal ini khususnya harus dilakukan di kalangan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) dan para ulama agar masyarakat juga tetap tenang di tengah kondisi kebangsaan yang kurang stabil.
Menurut Mbah Dim, langkah tersebut penting untuk merapatkan barisan, mendekatkan hubungan, dan menyamakan persepsi antar sesama pemuka NU dan ulama yang sedari dulu mempunyai peran sebagai perekat bangsa.
“Yang harus dilakukan adalah musyawarah,” tegas Mbah Dim saat ditanya apa yang harus dilakukan oleh para ulama dan pengurus NU di tengah situasi umat Islam dan problem bangsa yang akhir-akhir ini kerap bergejolak.
Pesan untuk generasi muda
Salah seorang Anggota Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa) di Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015 itu juga mengungkapkan keprihatinannya akan kondisi umat Muslim Nusantara saat ini, termasuk di dalam NU sebagai garda terdepan penjaga keutuhan NKRI.
Dikatakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadllu wal Fadlilah Kaliwungu Kendal ini bahwa kian kemari para ulama khos yang mendekati kriteria kewalian kian berkurang.
“Saya berharap kepada generasi muda NU untuk mengikuti jejak lampah para ulama yang ikhlas itu, termasuk melanjutkan lakon dan tradisi riyadhah yang kerap dilakukan oleh para kiai,” harap Mbah Dim.
Para kiai zaman dulu, tambahnya, ketika hendak melakukan sesuatu selalu diawali dengan istikharah, riyadhah atau tirakat, memperbanyak doa dan taqarrub kepada Allah, serta meminta restu para gurunya.
Perilaku tersebut terkait dengan keberkahan dan hadirnya kebaikan secara terus menerus atas apa yang dilakukan kiai. Sehingga tidak heran keberkahan selalu hadir. Hal ini bisa menjadi teladan di kalangan generasi muda untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.
Sumber : Situs PBNU
ADS HERE !!!