Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt., beliau dilahirkan di kota Mekah pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 570 M.
Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib yang telah meninggal sebelum beliau lahir. Ayahnya seorang saudagar yang selalu pergi berniaga ke negeri Syam (Syria). Pada saat kembali dari berniaga, dalam perjalanan pulang menuju negeri Mekah ia jatuh sakit, hingga meninggal dan dimakamkan di Madinah.
Nasab Nabi Muhammad saw.
Ayah beliau bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab. Ibu beliau bernama Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab.
Nasab ibu dan ayah Nabi Muhammad saw. bertemu di datuk beliau yang kelima yaitu Kilab. Beliau adalah dari keluarga Banu Hasyim dari suku Quraisy. Adapun suku Quraisy adalah suku yang berpengaruh dan berkuasa. Beliau lahir dari keluarga yang miskin harta tetapi kaya tentang budi kebangsaan.
Yang Menyusukan Beliau
Kebiasaan bangsa Arab untuk menyusukan anak yang baru lahir, ialah mengambil wanita yang ahli dalam menyusui anak-anak mereka, sehingga sehat jasmani dan pikiran. Karena “Murabi” (istilah wanita yang ahli alam menyusui anak) yang ada di kota Mekah pada saat itu sangatlah sedikit, maka anak-anak biasanya diserahkan kepada perempuan-perempuan dusun untuk disusukan di sana karena ingin mendapat anak-anak yang hidup di tengah-tengah udara yang bersih di dalam dusun yang indah, dengan harapan membawa kepada kecerdasan otak dan keluhuran budi pekerti.
Karena kehidupan di desa masih suci dan bersih, Nabi Muhammad pun tidak terkecuali dari adat-istiadat tersebut. Empat tahun lamanya beliau tinggal dengan ibu susuannya Halimah Sa‘diah di suatu dusun Bani Sa‘ad. Selama mengasuh Nabi Muhammad saw., Halimah Sa‘diah mendapat rezeki yang berlimpah-limpah atas berkah mengasuh beliau.
Setelah itu Nabi Muhammad saw. dikembalikan kepada ibunya ketika berumur 5 tahun, untuk selanjutnya diasuh oleh Ummu Aiman Habasyiyah.
Masa Kanak-kanak
Siti Aminah amatlah setia kepada suaminya walaupun sudah meninggal, setiap tahunnya beliau selalu pergi ke Madinah untuk menziarahi kubur suaminya dan bersilaturrahim ke rumah saudaranya Bani ‘Ady.
Saat Nabi Muhammad saw. berumur enam tahun, ibunya membawanya ke Yasrib untuk berziarah ke makam ayahnya dan disertai oleh Ummu Aiman Habasyiyah. Selama sebulan, mereka tinggal di Madinah sebelum kembali ke Mekah. Dalam perjalanan pulang ke Mekah, ketika mereka sampai di Abwa kota antara Madinah dan Mekah ibunya wafat dan dimakamkan di Abwa. Ummu Aiman Habasyiyah kembali ke Mekah bersama Nabi Muhammad saw. yang telah menjadi yatim piatu.
Pada waktu Nabi Muhammad berumur enam tahun sudah menjadi yatim piatu. Nabi Muhammad saw. diasuh oleh kakek beliau yang bernama Abdul Muthalib. Dua tahun kemudian kakeknya pun meninggal dunia. Waktu itu beliau berumur delapan tahun. Maka atas wasiat Abdul Muthalib, beliau diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
Paman Nabi Muhammad saw. adalah seorang miskin dan banyak anaknya. Paman Nabi Muhammad saw. sering pergi berniaga ke negeri Syam. Pada suatu hari Nabi juga ingin turut pergi ke negeri Syam, tetapi karena masih kecil pamannya tidak berani membawanya.
Pada waktu umur dua belas tahun beliau pergi ke negeri Syam bersama pamannya Abu Thalib untuk berniaga. Setelah tiba di Bushra (suatu kampung diperbatasan antara Suriah dan Jazirah Arab), Abu Thalib bertemu dengan seorang pendeta Nasrani yang bernama Buhaira, dan pendeta itu berkata kepada Abu Thalib, “Anak ini nantinya akan mempunyai pengaruh yang besar, karena di dalam dirinya terdapat tandatanda kenabian yang cocok sekali dengan apa yang terdapat dalam kitab Injil. Untuk itu bawalah pulang segera dan jagalah ia dari gangguan orang-orang Yahudi.”
Sebelum Diangkat Menjadi Rasul
Nabi Muhammad saw. sejak kecil terkenal bersifat lurus dan benar dalam segala pekerjaan, beliau tidak pernah minum arak, tidak pernah berjudi dan tidak pernah menyembah berhala.
Sebagaimana anak-anak yang meningkat dewasa, Nabi Muhammad belajar bekerja mencari penghidupan dengan jalan menggembala domba (memelihara ternak), sebagai suatu gambaran betapa pentingnya peternakan itu bagi kehidupan ekonomi umat dan bangsa, sehingga para nabi dahulu pun memelihara domba atau ternak di masa hidupnya. Lagi pula sebagai latihan baginya untuk belajar memimpin umat kelak kemudian hari.
Ke Negeri Syam yang Kedua Kalinya
Ketika Nabi Muhammad berumur 25 tahun, ia pergi ke negeri Syam yang kedua kalinya untuk berniaga sendiri memperdagangkan barang-barang dagangan kepunyaan seorang wanita janda yaitu Khadijah binti Khuailid.
Banyak laki-laki yang menawarkan diri untuk memperdagangkan barang-barang dagangan Khadijah, tetapi Khadijah memilih Nabi Muhammad karena ia mendengar tentang sifat keamanahan, kejujuran, kebenaran, dan sifat-sifat terpuji Nabi Muhammad.
Ketika itu, Nabi Muhammad berniaga disertai Maisarah (pembantu Khadijah), Nabi Muhammad menjual dagangannya dengan jujur sehingga habislah seluruh dagangannya dengan mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Sehingga perniagaan Nabi Muhammad membawa berkah. Alangkah herannya hati Maisarah melihat akhlak Nabi Muhammad, yang kemudian menceritakan kepada Khadijah segala yang ia lihat tentang ketangkasan dan kejujuran Nabi Muhammad.
Khadijah merasa takjub dengan apa yang di dengar tentang prilaku Nabi Muhammad. Ia gembira tak terhingga karena perniagaannya mendapat keuntungan besar.
Perkawinan Nabi Muhammad saw. dengan Khadijah
Kesuksesan Nabi Muhammad memperdagangkan perniagaan milik Khadijah, membuat Khadijah merasa tertarik kepada Nabi Muhammad, karena kemuliaan akhlaknya. Kemudian Khadijah mengirim utusan untuk meminang Nabi Muhammad. Nabi Muhammad menerima lamaran Khadijah dan mengutus pamannya, Abi Thalib untuk menyampaikan persetujuannya.
Kemudian mereka menikah, waktu itu beliau berumur 25 tahun dan Khadijah sudah janda dengan umur 40 tahun. Sebelum menikah dengan Nabi Muhammad, Khadijah pernah menikah dengan Abi Halah, suaminya meninggal dunia dan meninggalkan seorang anak laki-laki bernama Halah.
Putusan Nabi Muhammad Terhadap Kaum Quraisy Sebelum Menjadi Nabi
Ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun, terjadilah banjir besar di Mekah yang meruntuhkan dinding Ka‘bah. Kemudian kaum Quraisy berusaha membangun kembali dan Nabi Muhammad pun ikut bekerja bersama-sama mereka.
Setelah pekerjaan selesai, kaum Quraisy akan meletakkan Hajar Aswad di tempatnya semula. Ketika itu timbullah perselisihan pendapat di kalangan pembesar-pembesar kaum Quraisy, mengenai siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. Mereka saling berdebat dan hampir terjadi peperangan di kalangan mereka.
Berkatalah Abu Umayah bin Mughirah sebagai orang tertua dan berpengaruh di kalangan kaum Quraisy, “Hai kaumku, janganlah kalian saling bertentangan, buatlah peraturan di antara kamu, siapa pun hendaknya rela menerima peraturan itu.”
Kemudian mereka membuat kesepakatan, “Barang siapa yang paling awal masuk ke Masjidilharam, berhak untuk meletakkan Hajar Aswad.” Ternyata yang pertama kali masuk ke Masjidilharam adalah Nabi Muhammad, dengan demikian beliaulah yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya semula.
Kemudian Nabi Muhammad melaksanakan tugasnya. Beliau membentangkan serbannya, lalu Nabi Muhammad meletakkan batu itu di atas serban dan beliau meminta kepada setiap pimpinan kaum Quraisy untuk memegang ujung serban itu. Kemudian dengan serban itu Nabi menyuruh mereka bersama-sama mengangkat Hajar Aswad. Setelah sampai di tempatnya, Nabi Muhammad sendiri yang mengambil Hajar Aswad itu dan meletakkan di tempatnya. Mereka semuanya rela dan merasa puas dengan keputusan Nabi Muhammad yang jujur dan benar dalam segala perkataan dan perbuatan, cerdas, serta berpikiran cemerlang. Lalu mereka bersatu dan berseru, “Inilah Muhammad “Al-Amin.”Artinya Muhammad orang yang terpercaya. Dengan inisiatif Nabi Muhammad ini selesailah kesulitan yang hampir membawa bencana besar di kalangan kaum Quraisy.
Dari contoh tersebut di atas terbuktilah bahwa orang yang telah diangkat atau terpilih menjadi pemimpin untuk memimpin suatu tugas dan pekerjaan janganlah ia memborong segala pekerjaannya, tetapi hendaklah ia pandai dan bijaksana membagi tugas dan pekerjaan itu kepada siapa yang berhak menerima pembagian dan sebagai suatu jalan yang praktis buat mendidik para kader pemimpin untuk persiapan kelak di kemudian hari.
Menjadi Rasul
Setelah Nabi Muhammad genap berusia 40 tahun, beliau merasa senang berkhalwat dan mendekatkan diri kepada Allah, sehingga memilih tempar ‘uzlahnya di Gua Hira’. Kemudian datanglah kepada beliau Malaikat Jibril menyatakan pengangkatan beliau menjadi rasul Allah kepada seluruh umat manusia, serta diajarkannya kepada beliau perihal agama Islam. Pada waktu itu beliau menerima wahyu yang pertama, yaitu surah Al-‘Alaq, ayat 1 sampai 5 (surah Iqra').
Penduduk Mekah pada waktu itu masih menyembah berhala, kemudian Rasulullah memulai mengajak mereka menyembah Allah, dan meninggalkan penyembahan berhala.
Menyiarkan Islam
Beliau mula-mula menyiarkan Islam secara diam-diam dengan rahasia selama 3 tahun, yang waktu itu ditujukan kepada kerabat saja. Kemudian Islam segera diterima oleh Khadijah istri beliau. Kemudian menyusul, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harisah, dan akhirnya cukuplah jumlah pemeluk agama Islam empat puluh orang.
Setelah beliau cukup mempunyai kekuatan, kemudian beliau diperintahkan Allah untuk menyiarkan Islam dengan terang-terangan, sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur'an:
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr/15: 94)
Karena Allah telah memerintahkan dakwah secara terang-terangan, maka beliau datang di pasar-pasar dan di tempat-tempat orang banyak berkumpul. Di sana beliau membacakan Al-Qur'an dan beliau ajak penduduk Mekah memeluk Islam. Akhirnya banyak sahabat yang memeluk Islam pada masa itu, antara lain Umar bin Khaththab dan Utsman bin Affan.
Berita agama Islam terdengarlah mulai dari Mekah sampai ke Madinah. Maka tertariklah penduduk Madinah terhadap Islam, kemudian berduyun-duyunlah mereka memeluk Islam.
Hijrah ke Madinah
Dua belas tahun sudah Nabi Muhammad berdakwah, tetapi kaum kafir Quraisy tetap belum mau menerima risalah kenabiannya, bahkan tentangan dan tantangan dari kaum kafir Quraisy semakin menjadi-jadi sampai pada rencana membunuh Nabi Muhammad. Karena tekanan kafir Quraisy Mekah terhadap dakwah Nabi Muhammad saw. yang demikian hebatnya, maka hijrahlah beliau bersama sahabatnya ke Madinah. Beliau berangkat dengan sahabat yang setia yaitu Abu Bakar dengan sembunyi-sembunyi.
Sebelum sampai di Madinah, Nabi Muhammad dan Abu Bakar singgah di Quba, sebuah desa yang jaraknya 10 km dari Madinah. Selama di Quba, Nabi Muhammad mendirikan masjid yang pertama dalam sejarah Islam, seperti kita ketahui dengan nama Masjid Quba. Setelah Ali bin Abi Thalib datang dari Mekah, kemudian bersama-sama melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampailah beliau di Madinah.
Tiba di Madinah
Setelah penduduk Madinah mendapat berita tentang kedatangan Nabi Muhammad saw. ke Madinah, mereka semua keluar rumah untuk menyambut kedatangan beliau, mereka mengucapkan takbir, semua menyambut dengan penuh kegembiraan dan bersukaria yang disertai dengan tempuk sorak. Kaum wanita dan anak-anak menyambut sambil bernyanyi dengan riangnya memuji dan menyanjung kedatangan Nabi Muhammad saw., serta ikrar patuh dan setia terhadap perintah agama.
Kepada penduduk Madinah Nabi Muhammad saw. memberikan gelar “Al-Anshar”, artinya orang-orang yang menolong, sedangkan kepada penduduk Mekah yang hijrah, mereka diberi gelar “Al-Muhajirin”, kemudian antara kaum Anshar dan Muhajirin diikatkan tali persaudaraan yang teguh.
Mekah Takluk dan Bangsa Arab Tunduk
Pada tahun ke-8 Hijriah Nabi bersama para sahabatnya, dapat merebut kembali kota Mekah dari tangan kafir Quraisy. Nabi dan tentara Islam yang berjumlah sepuluh ribu orang, memasuki kota Mekah tanpa perlawanan kaum kafir Quraisy. Kemudian beliau menuju Ka‘bah dan menghancurkan berhala-berhala di sekeliling Ka‘bah. Mekah takluk dan bangsa Arab tunduk.
Pada hari itu sejumlah besar penduduk Mekah memeluk Islam, dan Rasulullah memberikan ampunan umum kepada mereka yang telah bersalah. Kecuali beberapa orang saja yang masih keras menentang Rasul Allah.
Setelah selesai mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan keamanan dan pemerintahan, beliau menyerahkan kepercayaan kepada rakyat, lalu beliau kembali lagi untuk sementara ke Madinah.
Kemudian pada tahun ke-10 Hijriah beliau kembali lagi ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji wada’ (haji perpisahan). Di sana di Padang Arafah beliau berkhutbah yang amat penting sekali menyatakan wajib haji, kemudian Islam dan beberapa wasiat yang penting-penting.
Beliau Wafat
Setelah beliau selesai menunaikan tugasnya menyiarkan Islam, dan Islam telah tersebar di kalangan penduduk Arab dan sekitarnya, maka dua bulan setelah menunaikan ibadah haji wada, Nabi saw. menderita sakit demam, setelah beberapa hari sakit, Nabi saw. kembali ke haribaan Allah pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah atau 8 Juni 632 M, Nabi Muhammad saw. wafat dalam usia 63 tahun, dan dimakamkan di Madinah. Beliau wafat setelah berjuang menegakkan Islam dalam masa dua puluh tiga tahun untuk kebahagiaan hamba Allah di dunia dan di akhirat.
AKHLAK NABI MUHAMMAD SAW. DAN JASA-JASA BELIAU
1.) Dalam perjalanan hidupnya sejak kecil hingga dewasa dan sampai diangkat menjadi rasul, beliau terkenal sebagai orang yang jujur dan berkepribadian yang tinggi. Karena jujurnya dalam perbuatan dan perkataan, maka beliau diberi julukan “Al-Amin”, artinya orang yang dapat dipercaya. Para ahli sejarah mengakui, bahwa Muhammad sejak kecil hingga dewasa tidak pernah menyembah berhala, dan tidak pernah makan daging yang disembelih untuk korban berhala. Sebagai manusia yang bakal menjadi pembimbing umat manusia, Muhammad memiliki bakat dan kemampuan jiwa yang besar, kecerdasan pikiran, cepat tanggapnya dan keras kemauannya. Beliau mengetahui babak-babak sejarah negeri dan kesedihan masyarakat dan pemandangannya itu tidak hilang dari ingatannya.
2.) Jasa-jasa beliau:
a.) Amat besar jasa-jasa beliau terhadap perikemanusiaan dan pembangunan budi pekerti dan akhlak seluruh bangsa. Beliaulah yang pertama kali menaburkan bibit persamaan hak, keadilan dan demokrasi antar manusia.
b.) Meletakkan dan meninggikan Islam untuk seluruh bangsa, dan menjadikan Islam sebagai tali penghubung antar manusia dengan manusia dan antar manusia dengan Allah swt.
c.) Mempersatukan segala bangsa di bawah panji-panji tauhid untuk membawa umat menuju keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Wallahu A’lam
Sumber : Buku “Riwayat 25 Nabi dan Rasul”