Nabi Isa as. ibunya bernama Maryam dan beliau dilahirkan tidak berayah, atas qudrat iradat Allah swt. Beliau lahir pada tahun 622 sebelum tahun hijrah. Kelahiran beliau tanpa ayah ini merupakan ujian bagi manusia, apakah manusia tidak percaya atas kekuasaan Allah?
Maryam adalah putri Imran bin Matsan, ibunya bernama Hannah saudara perempuan Isya istri Nabi Zakaria. Maryam seorang anak yang shalehah. Setelah beranjak dewasa, ia tekun membaktikan dirinya di tempat ibadah dan menjauhkan diri dari khalayak ramai untuk beribadah kepada Allah.
Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menemui Maryam. Setiap kali menemui Maryam, Malaikat Jibril menyerupakan dirinya sebagai manusia, Maryam mengira kalau Malaikat Jibril itu manusia biasa yang ingin berbuat jahat, sehingga Maryam mengatakan, “Aku berlindung kepada Allah atas kejahatanmu dan berserah diri kepada-Nya untuk menjaga kemuliaan dan kesucianku. Kalau engkau takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, menjauhlah dari sisiku!”. Kemudian Malaikat Jibril menjawab, “Aku bukanlah manusia seperti yang kamu kira, akan tetapi aku adalah malaikat yang diutus Allah untuk mengaruniaimu seorang anak laki-laki yang shaleh dan takwa, serta menyebarkan kebaikan dan keberkahan.” Maryam terkejut mendengar perkataan Malaikat Jibril, seraya berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai seorang anak laki-laki, sedangkan aku belum pernah disentuh laki-laki, dan aku bukan pula wanita pelacur?” Malaikat Jibril berkata, “Yang saya katakan itu benar, Tuhanmu berfirman, “Bahwa menitahkan seorang anak tanpa bapak bagi-Ku adalah mudah, agar hal ini menjadi suatu tanda kebesaran-Ku, dan agar menjadi rahmat bagi orang yang mau mengambilnya sebagai petunjuk, dan penciptaan Isa merupakan suatu yang sudah ditentukan dan harus terjadi.” Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an:
“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (Al-Qur'an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitulmaqdis), lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus ruh Kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna. Dia (Maryam) berkata, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa.” Dia (Jibril) berkata, “Sesungguhnya aku hanyalah utusan Tuhanmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu seorang anak laki-laki yang suci.” Dia (Maryam) berkata, “Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, padahal tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!” Dia (Jibril) berkata, “Demikianlah.” Tuhanmu berfirman, “Hal itu mudah bagi-Ku, dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.”(QS. Maryam/19: 16-21)
Maryam Mengandung Isa dan Kelahirannya
Kehamilan Maryam dimulai sejak Malaikat Jibril meniupkan sesuatu ke dalam perutnya. Maryam melamun, membayangkan apa yang akan dikatakan orang terhadap dirinya, jika seorang gadis telah hamil dan melahirkan anak tanpa suami. Pikiran yang demikian itu selalu membayangi dirinya sehingga ia menggigil ketakutan, bahkan mendorong dirinya lebih senang menyendiri, menyepi dan menjauhkan diri dari pergaulan orang banyak. Maka Maryam pergi ke tempat terpencil untuk mengurung diri. Setelah tiba saat-saat melahirkan, ia merasa sakit untuk melahirkan. Ia terpaksa menghampiri pohon kurma untuk bersembunyi dan bersandar padanya. Saat itu ia menyadari benar bahwa dirinya akan tertimpa aib yang hebat. Ia termenung dan mengkhayal, andaikan kematian merenggut dirinya sebelum terjadinya peristiwa yang dialaminya itu, niscaya ia akan bebas dari aib dan orang lain tidak akan menghiraukannya.
Pada saat yang kritis ini, datanglah kasih sayang dan pertolongan Allah. Terdengarlah suara Malaikat Jibril memanggil dari tempat yang tidak jauh dari tempat yang lebih rendah dari tempatnya. Malaikat Jibril menenangkan hatinya dengan mengatakan bahwa Allah senantiasa memberikan rezeki (makanan) padanya. Ia cukup menggoyangkan pohon kurma yang disandarinya itu, niscaya akan berjatuhan buah-buah yang sudah masak dan ia dapat langsung menikmatinya. Di bawahnya juga terdapat anak sungai yang mengalir, yang airnya dapat dipergunakan untuk minum, membersihkan diri dan bersenang-senang. Selanjutnya Malaikat Jibril menasehati, jika suatu saat berhadapan dengan orang yang mencela atau menanyakan tentang kehamilannya, maka tak perlu dijawab, tetapi cukup isyarat kepada mereka, “Bahwa saya bernazar puasa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an:
“Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.” Maka dia (Jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah, “Janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam/19: 22-26)
Setelah Maryam melahirkan, kemudian Isa dibawa ke tengah masyarakat. Mereka terkejut, sebab mereka mengetahui dengan baik kalau Maryam seorang yang tekun beribadah, maka gemparlah penduduk kampungnya, melihat seorang anak gadis yang tak bersuami tetapi ia hamil dan melahirkan anak. Hal ini menimbulkan keraguan dan tuduhan yang tidak baik terhadap Maryam. Dasar keraguan dan tuduhan mereka itu tampaknya memang kuat dan beralasan. Sedangkan alasan tersebut adalah suatu yang riil, tidak dapat diragukan lagi oleh kebenaran inderawinya.
Menanggapi semua tuduhan mereka itu, Maryam hanya diam sesuai dengan wasiat Malaikat Jibril. Ia hanya memberi isyarat kepada anaknya yang masih dalam buaian untuk menanggapi mereka, tetapi mereka bertambah marah karena menyangka Maryam menghina mereka. Sebab anak kecil dalam buaian, lazimnya tidak mungkin bisa berbicara, akan tetapi Isa dapat menjawab pertanyaan mereka dengan jelas dan tegas, sehingga dapat menenteramkan hati ibunya. Isa digerakkan oleh Allah untuk dapat berbicara, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an:
“Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.” (QS. Maryam/19: 30-34)
Maryam Membawa Nabi Isa Hijrah ke Mesir
Penduduk Yerusalem mengenal Nabi Isa sebagai pemuda yang cerdik, pintar, berani, tegas dalam membela kebenaran, dan tidak pernah tunduk dalam menghadapi kebatilan. Sikap dan pendirian ini diketahui oleh Raja Herodus yang berkuasa di Palestina. Ia menganggap Nabi Isa sebagai musuh utama yang bisa mengancam kedudukannya. Raja Herodus pun memutuskan untuk membunuh Nabi Isa. Rencana jahat ini diketahui Maryam. Oleh karena itu, Maryam membawa putranya pindah ke negeri Mesir. Maryam dan Nabi Isa tinggal di Mesir selama 12 tahun.
Setelah Raja Herodus wafat, Nabi Isa dan ibunya kembali ke Palestina dan mereka menetap di Nasirah (Nasaret). Pada usia 30 tahun, Nabi Isa sering pergi ke luar rumah untuk mengasingkan diri dari keramaian, membersihkan nurani dan mencari pencerahan jiwa. Ketika menuju ke Bukit Zaitun, Nabi Isa jatuh tertunduk di dekat sebuah batu besar. Tiba-tiba ada yang datang menghampirinya, lalu memintanya agar batu besar itu dijadikan roti, namun Nabi Isa tidak mengabulkannya. Nabi Isa berkata, “Kebesaran tuhan hanya ada pada Allah.” Mendengar jawaban ini, orang itu yakin bahwa iman Nabi Isa tetap teguh, lalu ia pun menghilang. Nabi Isa sadar bahwa yang menghampirinya itu adalah iblis yang berusaha menyesatkannya.
Setelah kejadian itu, Nabi Isa bersujud dan bersyukur karena selamat dari godaan iblis. Tidak lama kemudian, Malaikat Jibril mendatanginya untuk menyampaikan tugas kenabian dan kerasulannya. Nabi Isa menerima wahyu dari Allah swt. yaitu kitab Injil yang membenarkan kitab sebelumnya (Taurat), dan nubuat tentang akan turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw. yang disebut Ahmad. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
“Dan Dia (Allah) mengajarkan kepadanya (Isa) kitab, hikmah, Taurat dan Injil. Dan sebagai rasul kepada Bani Israil.” (QS. Ali Imran/3: 48-49)
Nabi Isa as. diangkat menjadi rasul ketika beliau berumur 30 tahun. Sejak saat itu Nabi Isa mulai berjuang menyiarkan ajaran Allah swt. membeberkan kesalahan dan kesesatan pendeta-pendeta Yahudi, yang telah jauh menyimpang dari ajaran Taurat (Nabi Musa). Karena itu, ia menyeru Bani Israil agar mereka mematuhi perintah dan menjauhi larangan Allah swt.
Nabi Isa berdakwah supaya mereka bertobat, kembali ke jalan yang benar yaitu ajaran Taurat (Nabi Musa). Namun, dakwah Nabi Isa mendapat perlawanan dengan berbagai fitnah dan ejekan. Mereka meminta Nabi Isa untuk membuktikan kenabian dan kerasulannya. Kemudian Nabi Isa menunjukkan beberapa mukjizat kepada mereka, yaitu:
1.) Menghidupkan orang mati dengan izin Allah.
2.) Menerima wahyu (kitab Injil).
3.) Menurunkan hidangan dari langit.
4.) Menyembuhkan sejumlah penderita penyakit serta orang gila.
5.) Memulihkan orang pincang menjadi berjalan, serta memulihkan orang bisu dapat berbicara.
6.) Menyembuhkan orang buta sejak lahir.
7.) Membuat burung dari tanah dan menghidupkannya.
Setelah Nabi Isa menunjukkan beberapa mukjizat, mereka tetap saja ada yang tidak percaya. Namun demikian Nabi Isa memiliki beberapa sahabat, murid dan pengikut setia sebanyak 12 orang yang disebut “Al-Hawariyyun” artinya sahabat-sahabat Nabi Isa. Mereka menyakini dakwah Nabi Isa, berhati bersih, dan beriktikad baik untuk membela serta membantu perjuangan Nabi Isa.
Sebagian dari Hawariyyun ada yang berasal dari keluarga nelayan seperti Syam‘un, Adrius, Ya‘qub dan Yuhanna. Ada juga yang berasal dari keluarga pencuci pakaian, yaitu Lukas, Thomas, Markus, Yuhanna dan beberapa saudara yang masih kecil.
Nabi Isa as. Akan Dibunuh
Di antara sahabat-sahabat Isa itu, ada yang murtad dan berkhianat yaitu “Yahuza Iskarius” (Yudas Iskariot). Ia mengadukan tuduhan palsu kepada penguasa Romawi bahwa Nabi Isa akan memberontak dan menggulingkan penguasa. Atas petunjuk dari pengkhianat (Yudas), tentara Romawi mengepung tempat persembunyian Nabi Isa bersama murid-muridnya. Dalam keadaan berbahaya itu, Allah menyelamatkan Nabi Isa. Nabi Isa tidak disalib dan tidak pula dibunuh, tetapi Allah mengangkatnya. Sebagaimana dijelaskan Allah dalam Al-Qur'an:
“Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan denganIsa.” (QS. An-Nisa'/4: 157)
Menurut banyak mufassir, Allah swt. menjadikan wajah Yudas Iskariot, si pengkhianat itu diserupakan dengan wajah Nabi Isa sehingga Yudas Iskariotlah yang disangka Nabi Isa itu ditangkap oleh tentara Romawi dan disalib.
Kekuasaan Allah lebih dan melebihi kekuasaan segala-galanya dan rencana manusia tidak semuanya dapat berhasil, tetapi rencana Allah yang pasti terlaksana.
Ajaran Al-Qur'an Terhadap Nabi Isa as.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
“Tidak patut bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.” (QS. Maryam/19: 35)
Ajaran Nabi Isa Sama Dengan Ajaran Islam Tentang Tuhan
“(Isa berkata), “Dan sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus”.” (QS. Maryam/19: 36)
Pandangan Islam Terhadap Nabi Isa as.
“Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.” (QS. Al-Ma’idah/5: 72)
Selanjutnya Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
“Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.” (QS. Al-Ma'idah/5: 73)
Nabi Isa as. adalah semata-mata utusan Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
“Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (ahli kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka).” (QS. Al-Ma'idah/5: 75)
Wallahu A’lam
Sumber : Buku “Riwayat 25 Nabi dan Rasul”