Nabi Yunus as. adalah putra Matta. Pada mulanya ia bermukim di Syam, lalu hijrah ke Ninawa, sebuah wilayah di Irak. Setelah berumur 30 tahun Nabi Yunus diangkat menjadi rasul untuk mengingatkan kaumnya yang durhaka dan menyembah berhala.
Setelah 33 tahun Nabi Yunus berdakwah kepada kaumnya, hanya dua orang saja yang beriman kepada Allah, yaitu Rubil dan Tanukh.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud ra., “Ketika Nabi Yunus telah menyeru kaumnya supaya berbakti kepada Allah, maka kaumnya tetap saja menolak seruan itu.”
Lalu Nabi Yunus berdoa kepada Allah, mohon agar umatnya mau menerima ajarannya. Kemudian turunlah wahyu yang menyatakan supaya Yunus tetap berdakwah kepada umatnya dalam 40 hari, dan apabila dalam 40 hari mereka masih tidak mau beriman kepada Allah, Allah akan menurunkan azab.
Kemudian Nabi Yunus kembali berdakwah kepada kaumnya, setelah 37 hari berdakwah dan umatnya tetap saja kufur, maka Nabi Yunus tidak sabar dan pergi meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah. Kemudian pada hari yang ke-40, kaum Nabi Yunus merasa yakin bahwa azab akan datang menimpa mereka, karena gejalanya sudah mulai tampak, berupa awan hitam yang bergumpal-gumpal di langit.
Melihat azab sudah dekat, mereka berlarian keluar rumah pergi ke suatu tempat. Kemudian Allah memasukkan perasaan ke dalam hati kaum Nabi Yunus untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Mereka semua menangis, baik pria, wanita maupun anak-anak. Mereka menyesali kedurhakaannya, dan mereka menundukkan diri kepada Allah.
Pada saat yang genting dan menakutkan itulah rahmat dan kasih sayang Allah datang, Allah menghilangkan azab yang menghinakan mereka. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.” (QS. Yunus/10: 98)
Azab bagi kaumnya telah hilang, sedangkan Nabi Yunus masih meneruskan perjalanannya, dan berlayar dengan sebuah kapal.
Sewaktu Nabi Yunus menumpang kapal bersama orang banyak, tiba-tiba di tengah pelayaran datanglah angin topan yang hampir menenggelamkan kapalnya. Para awak kapal dan para penumpang menjadi gelisah, sambil berkata, “Sesungguhnya diantara kita ada orang yang berdosa.” Kemudian mereka bermusyawarah untuk mengadakan undian. Barang siapa yang kalah dalam undian itu, dialah yang akan dilemparkan dari kapal ke laut, demi menjaga keselamatan semua penumpang.
Setelah diadakan undian, ternyata jatuh pada Nabi Yunus. Padahal mereka mengetahui kalau Nabi Yunus adalah seorang yang saleh. Sehingga mereka tidak yakin dengan hasil undian itu. Kemudian mereka mengulang undian kembali, dan tetap jatuh pada Nabi Yunus. Namun mereka menolak hasil undian itu, lalu mengulang undian hingga tiga kali dan ternyata hasil undian itu pun tetap sama, jatuh pada Nabi Yunus.
Kemudian Nabi Yunus menceburkan diri ke dalam laut, dan Allah mengutus ikan Hut (paus) yang besar untuk menelannya. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an:
“Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul, (ingatlah) ketika dia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian). Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.” (QS. As-Shaffat/37: 139-142)
Ketika ikan Hut menelan Nabi Yunus, Allah memberikan ilham kepada ikan Hut agar tidak menyakitinya. Nabi Yunus diam di dalam perut ikan Hut, ia sadar kalau masih hidup, lalu Nabi Yunus menyungkur (bersujud) kepada Allah dan berdoa, “Ya Allah, tidak ada tuhan melainkan Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh aku ini orang yang aniaya (berbuat dosa) dan aku tidak sabar, sehingga aku melarikan diri dari kaumku sebelum ada wahyu-Mu. Ampunilah dosa kami wahai Tuhanku.” Begitulah doa Nabi Yunus, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur'an:
“Dan (ingatlah kisah) fiun-Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orangorang yang zalim.” Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orangorang yang beriman.” (QS. Al-Anbiya'/21: 87-88)
|
Makam Nabi Yunus as. |
Nabi Yunus Keluar dari Perut Ikan
Ketika Tuhan telah mengabulkan doa Nabi Yunus, maka keluarlah Nabi Yunus dari perut ikan atas izin Allah, dalam keadaan sakit dan lemah, badannya kurus, tak berdaya, karena terlalu lama di dalam perut ikan, dan sekiranya beliau bukan rasul Allah yang banyak berzikir, pasti beliau mati dalam perut ikan itu. Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an:
“Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai Hari Berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu.” (QS. As-Shaffat/37: 143-146)
Kemudian Nabi Yunus keluar dari perut ikan Hut dalam keadaan sakit dan lemah. Maka Allah menumbuhkan diatasnya sebuah pohon yang rindang dari jenis pohon labu yang menaunginya dari terik matahari.
Demikianlah keadaan Nabi Yunus untuk beberapa saat lamanya, hingga pulih kembali kesehatannya, hilang kekhawatirannya dan tenang jiwanya.
Kemudian Allah memerintahkan agar kembali kepada kaum yang ditinggalkannya. Dalam perjalanan pulang beliau bertemu seorang penggembala, lalu beliau bertanya kepadanya, “Bagaimana kabar orang-orang yang ada di kampung?”
Si penggembala itu menjawab, “Kabar baik, mereka hidup aman dan tenteram, karena mereka telah bertobat kepada Allah, ketika mereka melihat azab akan turun. Mereka mengharapkan rasul cepat kembali kepada mereka untuk memimpinnya.”
Mendengar kabar itu Nabi Yunus gembira, seraya berkata, “Aku inilah Yunus yang menjadi rasul Allah.”
Kemudian penggembala itu pergi kepada kaumnya, mengabarkan kedatangan Nabi Yunus. Kaumnya sangat gembira sekali atas kedatangan Nabi Yunus itu, dan Nabi Yunus tetap di sisi mereka beberapa tahun lamanya, sebagaimana firman Allah:
“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.” (QS. As-Shaffat/37: 147-148)
Wallahu A’lam
Sumber : Buku “Riwayat 25 Nabi dan Rasul”