Nabi Syu‘aib masih keturunan Nabi Luth as. dari anaknya yang perempuan. Beliau diutus ke negeri Madyan, dekat perbatasan negeri Syam (Suriah). Penduduk negeri ini sudah lama meninggalkan ajaran nabi-nabi yang terdahulu, lupa mengerjakan perintah-perintah agama. Karena inilah Nabi Syu‘aib diutus Allah untuk menyeru mereka supaya mereka mau menyembah Allah dan tidak melakukan kejahatan, yang berupa pencurian, penipuan, curang dalam takaran dan timbangan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
“Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syu‘aib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.’” (QS. Al-A’raf/7: 85)
Seruan Nabi Syu‘aib kepada kaumnya sedikit pun tidak diikuti, bahkan mereka menganggap dirinyalah yang benar, sedang Nabi Syu‘aib dianggap sebagai pemicu huru-hara dan kegaduhan. Namun Nabi Syu‘aib tidak putus asa, bahkan bertambah semangat, serta senantiasa mengajar dan mendidik mereka.
Seruan Nabi Syu‘aib ditentang keras oleh kaumnya, dengan cemoohan, “Cobalah engkau turunkan siksa itu sekarang juga kepada kami, jika memang benar kata-katamu itu.”
Permintaan mereka langsung dikabulkan oleh Allah, dengan azab udara yang sangat panas, petir yang amat dahsyat diiringi gempa bumi yang hebat, mengakibatkan mereka terjungkir balik, mati bergelimpangan tertimpa reruntuhan rumah. Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an:
“Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka.” (QS. Al-A’raf/7: 91)
Demikian siksaan Allah langsung menimpa kepada mereka, maka Nabi Syu‘aib beserta orang-orang yang beriman hijrah ke negeri lain, yaitu negeri Aikah, suatu daerah yang tidak jauh dari Madyan. Sewaktu akan hijrah beliau berpesan kepada kaumnya, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
“Maka Syu‘aib meninggalkan mereka seraya berkata, ‘Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?’” (QS. Al-A’raf/7: 93)
Nabi Syu‘aib Hijrah ke Aikah
Nabi Syu‘aib hijrah ke Aikah, yaitu suatu daerah yang subur tidak jauh dari Madyan. Di negeri ini rakyatnya pun tidak berbeda keadaannya dengan rakyat Madyan, mereka juga membangkang dan mendurhakai Tuhan.
Nabi Syu‘aib tidak bosan-bosannya menyeru mereka agar takut kepada Allah, Tuhan yang menciptakan mereka dan umat yang lebih kuat sebelum mereka. Nabi Syu‘aib menjelaskan kepada mereka siksaan yang akan menimpa orang yang durhaka kepada Allah, dan seandainya kamu ikut seruan ini maka faedahnya untuk kamu sendiri. Mereka menentang keras Nabi Syu‘aib, kemudian datanglah azab dari Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
“Kemudian mereka mendustakannya (Syu‘aib), lalu mereka ditimpa azab pada hari yang gelap. Sungguh, itulah azab pada hari yangdahsyat.” (QS. Asy-Syu’ara/26: 189)
Wallahu A’lam
Sumber : Buku “Riwayat 25 Nabi dan Rasul”
ADS HERE !!!