Nabi Ya‘qub as. adalah putra Nabi Ishaq, ibunya bernama Rafiqah, beliau dilahirkan di Kan‘aniyyin (Kan‘an, Palestina) dan beliau diutus Allah menjadi rasul untuk memimpin umat supaya menyembah Allah Tuhan Yang Maha Esa. Beliau menjadi rasul di negeri Kan‘an. Menurut riwayat yang lain, beliau diutus di sebuah desa yang bernama Nabulis. Beliau di daerah itu bercocok tanam dan memelihara ternak.
Nabi Ya‘qub mempunyai dua orang istri, yang keduanya masih saudara kandung yaitu, Layya dan Rahil. Pada waktu itu masih belum ada larangan memperistri dua orang perempuan yang sekandung. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
“Dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau.” (QS. An-Nisa'/4: 23)
Layya dan Rahil mempunyai dua orang hamba sahaya yaitu, Zulfah dan Balhah, keduanya dinikahi pula oleh Ya‘qub. Dari keempat istri itulah beliau mempunyai 12 orang anak, mereka semua disebut dalam Al-Qur'an dengan “Al-Asbath”.
Layya melahirkan enam orang anak, yaitu (1) Rabin, (2) Syam’un, (3) Lawi, (4) Yahuza, (5) Yasakir dan (6) Zebulon.
Rahil melahirkan dua orang anak, yaitu (7) Yusuf dan (8) Bunyamin. Rahil meninggal dunia sewaktu melahirkan Bunyamin.
Zulfah melahirkan dua orang anak, yaitu (9) Daan dan (10) Naftali.
Dan Balhah melahirkan dua orang anak, yaitu (11) Yad dan (12) Asyir.
Mereka semua disebut Al-Asbaath artinya anak-anak Ya‘qub yang berjumlah dua belas. Juga berarti kabilah, yakni mereka mempunyai satu nenek moyang (ayah), dengan demikian masing-masing anak Ya‘qub sebagai ayah dari sabath atau kabilah Bani Israil, karena masing-masing mereka mempunyai keturunan yang banyak.
Di masa itu terjadilah peperangan antara Raja Saljam dengan keluarga Nabi Ya‘qub. Untuk menghadapi serangan Raja Saljam, Nabi Ya‘qub mempercayakan kepada anaknya yang bernama Syam’un (Simon). Dalam peperangan ini Raja Saljam dapat dikalahlah, kemudian Nabi Ya‘qub beserta anak-anaknya masuklah ke benteng pertahanan yang telah hancur dan hartanya dijadikan harta rampasan perang.
Kemudian Nabi Ya‘qub menemui pamannya di daerah Faddam Aram yang bernama Laban. Beliau berjalan pada malam hari dan beristirahat pada siang hari.
Nabi Ya‘qub Menerima Wahyu
Dalam perjalanan ke rumah pamannya di daerah Faddam Aram, Nabi Ya‘qub tidur sejenak melepas lelah. Pada saat itulah Nabi Ya‘qub menerima wahyu dari Allah swt. melalui mimpi. Dalam mimpinya diwahyukan, “Aku Allah, tiada tuhan melainkan Aku. Aku Tuhanmu dan Tuhan bapakmu. Aku telah mewariskan bumi yang suci (Baitulmaqdis) untukmu dan keturunanmu, dan Aku memberi berkat kepadamu dan Aku berikan engkau kitab dan pelajaran serta hikmah dan kenabian.”
Keturunan Nabi Ya‘qub
Keturunan Nabi Ya‘qub sangat banyak sekali, mereka yang disebut Al-Asbath artinya kabilah-kabilah Bani Israil. Israil ialah gelar dari Nabi Ya‘qub, karena itu Nabi Ya‘qub disebut juga Nabi Israil, artinya orang yang suka berjalan malam, karena waktu hijrah ke Palestina beliau berjalan waktu malam dan pada siang harinya beliau beristirahat.
Ya‘qub meninggal dunia dalam usia 147 tahun di negeri Mesir, karena beliau setelah lanjut usianya, mengikuti putranya yaitu Nabi Yusuf yang menjadi pembesar di negeri Mesir.
Beliau tinggal di Mesir dan menurunkan banyak keturunan di Mesir. Inilah asal mulanya bangsa Israil tersebar di negeri Mesir, yang kemudian dibebaskan oleh Nabi Musa as. dari penjajahan Fir‘aun.
Wasiat Nabi Ya‘qub kepada Anak-anaknya
Di dalam Al-Qur'an dinyatakan, bahwa Nabi Ya‘qub telah memberikan wasiat kepada anak-anaknya, setelah beliau mendekati ajalnya. Firman Allah:
“Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya‘qub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab, ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.’” (QS. Al-Baqarah/2: 133)
Wallahu A’lam
Sumber : Buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul