Nabi Ayyub as. adalah putra Ish bin Ishaq bin Ibrahim as. Beliau seorang nabi yang sangat kaya, mempunyai bermacam-macam ternak seperti sapi, kambing, kuda, keledai, unta, dan lain sebagainya.
Beliau seorang yang pemurah, suka membantu fakir miskin, yatim piatu, memuliakan tamu dan sebagainya. Kekayaannya itu tidak melalaikan ibadahnya kepada Tuhan. Kekayaannya yang melimpah-limpah itu tidak menyebabkan beliau menjadi sombong dan lupa kepada orang-orang yang miskin. Walaupun beliau seorang yang kaya namun kehidupannya tidak berlebih-lebihan, bahkan semakin kaya semakin bertambah takwanya kepada Allah.
Dengan kekayaan yang banyak dan keturunan yang banyak pula, dia tidak makin kendor semangatnya untuk beribadah dan bersujud kepada Allah.
Setiap orang yang beriman dan taat beribadah, setan selalu mencoba menggodanya. Demikian pula halnya terhadap Nabi Ayyub as. Dengan berbagai cara akal bulus, setan mencoba membujuknya dengan rayuan serta dengan senjatanya yang ampuh, agar Ayyub dapat bergeser dari imannya dan dari ibadahnya.
|
Makam Nabi Ayyub as. |
Cobaan Allah kepada Nabi Ayyub as.
Pertama harta bendanya habis, sehingga Ayyub yang tadinya kaya raya, lama kelamaan menjadi miskin. Hal ini tidak menggoncangkan keimanannya, karena beliau senantiasa ingat bahwa semua manusia lahir ke dunia tidak membawa apa-apa, kemudian Allah memberikannya rezeki dan Allah-lah yang memberi kekayaan. Dan kepada Allah-lahharta benda itu kembali yakni Allah-lah yang mengambil kembali harta itu.
Dari ujian dan cobaan ini, luluslah Ayyub. Beliau tidak bergeser sedikit pun imannya dan ibadahnya kepada Allah.
Kemudian Allah mengujinya lagi, yaitu anak-anaknya yang banyak itu sekarang banyak yang mati, dari waktu ke waktu cobaan dan ujian itu silih berganti. Cobaan ini tidak mempengaruhi diri Nabi Ayyub, beliau ingat bahwa manusia semula dari Allah, kemudian kembali kepada Allah, termasuk juga dirinya akan kembali pula kepada Allah.
Cobaan itu diterima oleh Ayyub dengan sabar, kemudian setan berusaha sekuat-kuatnya untuk menggoncangkan keimanan Nabi Ayyub. Dan Allah mengujinya dengan memberinya penyakit yang dahsyat, penyakit yang tidak sembuh-sembuh, sehingga rupa Ayyub pun berubah dan kelihatannya sangat tua sekali. Tetapi beliau pun tetap tenang dan sabar, tidak pernah mengeluh karena sakitnya itu, dan segala ibadah dikerjakan sebagaimana sebelum sakit, bahkan beliau kerjakan dengan bertambah khusyuk.
Setan pun berputus asa, karena dengan cara apa pun tidak berhasil menggoda Ayyub. Walau bagaimanapun juga sakit yang dideritanya, imannya tidak bergeser sedikit pun. Maka setan mencari jalan lain dengan memperdayakan istrinya, supaya berkurang menjaga suaminya.
Pada suatu hari istri Ayyub enggan melayani suaminya. Ayyub menjadi marah kepada istrinya dengan ujarnya, “Jika aku sembuh pasti engkau aku pukul seratus kali.”
Nabi Ayyub berdoa kepada Allah sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an:
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana”.” (QS.Shad/38: 41)
Doa Nabi Ayyub dikabulkan Tuhan, dan Ayyub pun sembuh dari penyakitnya dan harta benda kekayaannya pun kembali seperti sediakala, juga keluarganya sehat-sehat seperti dahulu kala.
Tuhan memperlihatkan keimanan Nabi Ayyub yang tidak sedikit pun bergeser walaupun musibah dan cobaan datang silih berganti, sehingga setan menjadi kalah dan tidak berdaya.
Sewaktu Nabi Ayyub berdoa minta sembuh, Tuhan berfirman sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an:
“(Allah berfirman), “Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum”.” (QS.Shad/38: 42)
Setelah Nabi Ayyub sembuh dari penyakitnya, kemudian Nabi Ayyub ingin melaksanakan janjinya untuk memukul istrinya seratus kali, maka hal itu dibolehkan Allah sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an:
“Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (QS.Shad/38: 44)
Demikian Nabi Ayyub tidak jadi memukul istrinya seratus kali pukul, tetapi lidi yang seratus itu dijadikan satu ikatan dan dipukulkan sekali saja, untuk melaksanakan janjinya sewaktu beliau masih sakit.
Istri Ayyub adalah wanita yang salehah, ia berbuat sesuatu bukanlah karena tabiatnya jelek, namun karena digoda setan. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Tidak lama kemudian Nabi Ayyub mempunyai anak yang banyak, di antaranya anak laki-laki bernama Basyar yang digelari Zulkifli yang akhirnya juga menjadi nabi.
Wallahu A’lam
Sumber : Buku “Riwayat 25 Nabi dan Rasul”