Dalam Al-Qur’an tidak disebutkan secara terperinci kisah tentang keluarga Nabi Ya’qub. Namun ada beberapa kisah sekilas tentang kehidupan keluarga Nabi Ya’qub sebagai berikut :
Pada saat Nabi Ibrahim sudah merasa dekat dengan ajal, sedang Nabi Ishaq ketika itu sudah masanya untuk dinikahkan. Nabi Ibrahim berencana untuk menikahkan Nabi Ishaq dan menghendaki agar Nabi Ishaq tidak menikah dengan wanita Kan’an karena mereka tidak mengenal Allah. Akhirnya, Nabi Ibrahim mengutus seorang hamba kepercayaannya pergi ke kota Haron, Irak untuk melamar seorang wanita yang masih ada pertalian saudara dengan Nabi Ibrahim. Kemudian hamba kepercayaan itu memilih seorang wanita bernama Rifqah binti Bitauel bin Nahur. Nahur adalah saudara kandung Nabi Ibrahim, berarti Rifqah adalah cucunya saudara kandung Nabi Irahim. Lalu kembalilah utusan itu memboyong Rifqah yang akan dinikahi dengan Nabi Ishaq.
Setelah sepuluh tahun pernikahan, Nabi Ishaq dikaruniai dua orang putra. Yang pertama bernama ‘Iso, dalam bahasa Arab disebut Al-Ish, yang kedua bernama Ya’qub. Ya’qub ini juga dipergunakan sebagai nama Israil. Kata ‘Israil’ berasal dari kata ‘isra’ dan kata ‘il’. Kata ‘isra’ yang berarti hamba, kesucian, manusia atau pejuang. Sedangkan kata ‘il’ yang berarti Allah. Dengan demikian, Israil artinya hamba Allah yang suci.
Karena adanya perbedaan prinsip antara kedua putra Nabi Ishaq, yaitu Al-Ish dan Nabi Ya’qub. Akhirnya Nabi Ishaq dan istrinya menyuruh Nabi Ya’qub untuk mengalah dan hijrah ke daerah Haron, Irak. Nabi Ya’qub tinggal di rumah pamannya yang bernama Laban dan menghambakan diri kepadanya (berkhidmah) sebagai syarat agar bisa menikahi putrinya yang bernama Rahil. Akan tetapi pamannya menghendaki untuk dinikahkan dengan putrinya yang lebih tua, yaitu Lailah. Setelah berunding beberapa kali, akhirnya Nabi Ya’qub menikahi kedua putri pamannya itu dengan menambah syarat-syaratnya. Dan memadu dua wanita sekandung menurut syariat agama dahulu masih diperbolehkan.
Laban memberi hadiah kepada kedua putrinya masing-masing seorang budak perempuan. Lailah diberi budak perempuan yang bernama Zulfa, sedang Rahil diberi budak perempuan yang bernama Balhah. Kemudian kedua istri Nabi Ya’qub tersebut menghadiahkan budak perempuan pemberian ayahnya itu untuk Nabi Ya’qub. Sehingga Nabi Ya’qub memiliki empat orang istri dan mempunyai dua belas anak dari mereka berempat. Dari Lailah dikaruniai enam orang anak yakni; Raubin, Sam’un, Lawi, Yahudza, Yasakir dan Zabolon. Dari Rahil dikaruniai dua orang anak yakni; Yusuf dan Bunyamin. Dari Balhah dikaruniai dua orang anak yakni; daan dan Naftali. Sedangkan dari Zulfa juga dikaruniai dua orang anak yakni; Jad dan Asyir.
Anak-anak Nabi Ya’qub yang berjumlah dua belas biasa disebut dengan istilah Al-Asbath. Kata ‘Asbath’ adalah jamak, sedangkan tunggalnya adalah kata ‘sabath’ yang artinya anak atau cucu.
As-Sabath dalam bahasa Ibrani berarti Kabilah dalam bangsa Arab, yakni mereka yang memiliki nenek moyang (ayah) satu. Dan masing-masing anak Nabi Ya’qub sebagai ayah dari ‘Sabath’ di kalangan bangsa Israil. Maka seluruh bangsa Israil merupakan keturunan dari dua belas anak Nabi Ya’qub tersebut.
Dari ‘Al-Asbath’ ini lahirlah beberapa nabi. Antara lain, dari Sabath Lawi muncul beberapa nabi yakni; Nabi Musa, Nabi Harun, Nabi Ilyas dan Nabi Ilyasa. Dari Sabath Yahudza lahirlah; Nabi Dawud, Nabi Sulaiman, Nabi Zakaria, Nabi Yahya dan Nabi Isa. Sedangkan dari Sabath Bunyamin, lahirlah seorang nabi yakni Nabi Yunus.
Wallahu A’lam
Sumber : Nabi-Nabi Dalam Al-Qur’an
ADS HERE !!!