Setelah merasakan euforia bulan suci Ramadhan kali pertama di negeri orang, menjadi pelengkap atas sensasi kebahagiaan yang kami rasakan ialah merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan para sahabat-sahabat dan para masayikh negeri Syam (Suriah). Inilah keluarga baru kami. Meski suasana perayaan Hari Raya ini jauh berbeda dengan di tanah air, prosesi sungkeman dan acara kunjung halal bi halal tetap berjalan. Hanya saja tidak seriuh dan meriah seperti yang berjalan di negeri kita.
Dalam kunjungan halal bi halal yang berlangsung tidak lama ini, Syaikh Muhammad Taufiq Ramadhan Al Buthi berpesan kepada para mahasantri Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI Suriah) untuk selalu bersungguh-sungguh dalam belajar dan menumbuhkan rasa keikhlasan dalam menimba ilmu di negeri ini.
Dalam mauidzah-nya yang berhasil kami tangkap, beliau berpesan antara lain seperti berikut:
"Aku berpesan kepada kalian khususnya, agar selalu menjaga rasa semangat untuk mencari ilmu. Jangan pernah kalah oleh lelah. Ketika orang sini (Suriah) belajar membutuhkan satu tahun, maka kalian harus membutuhkan waktu satu sampai dua tahun. Berlipat-lipatkanlah rasa kesungguhan dalam perjuangan mencari ilmu. Sebab kalian ialah seorang tamu, waktu kalian sangat terbatas dan tiada yang tahu delima cobaan di hari esok.
Perhatian selalu pelajaran wajibmu, dan ketika masih memungkinkan untuk mengaji tambahan, silahkan ambil dan melangkahlah. Sebab, kalian akan kembali ke Indonesia nanti akan menjadi rujukan masyarakat. Kita tahu bahwa penduduk Indonesia sangat banyak. Tidak ada bandingannya dengan Suriah. Ada 260 juta lebih penduduknya. Dan mereka merupakan warga negara yang baik, ramah dan taat. Bahkan seandainya mereka datang ke sini untuk menimba ilmu sepuluh kali lipat dari jumlah kalian di sini, saya kira, masih sangatlah sulit untuk menjadikan pengaruh positif yang berarti di masyarakat.
Namun, ketahuilah, terkadang ada satu orang yang mampu mengubah nasib bangsanya bilamana ia benar-benar bersungguh-sungguh, ikhlas semata Allah. Lihatlah Syaikh Maimoen (KH. Maimoen Zubair), beliau benar-benar mampu mengubah dan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Bukan hanya satu kota, tapi puluhan kota telah terpengaruh oleh beliau. Tak hanya itu, bahkan dampak ini bisa mengalir sampai putra-putrinya. Seperti salah satu putranya (Gus Taj Yasin Maimoen) yang sekarang menjadi Wakil Gubernur Jawa tengah.
Memang begitulah adanya, seseorang yang mempunyai kaidah keilmuan dan keikhlasan yang benar-benar ikhlas akan mampu melakukan perbuatan yang tidak sanggup dilakukan oleh kebanyakan orang. Dari itu, sekali lagi, bersungguh-sungguhlah dan kuasai ilmu sebanyak-banyaknya hingga kalian dapat memberikan dampak positif terhadap pembangunan Indonesia di kemudian hari."
|
Syekh Muhammad Taufiq dengan Mbah Maimun Zubair |
Beliau juga termasuk salah satu ulama Syam (Suriah) yang sering diundang ke tanah air dalam berbagai acara. Baik acara dialog kebangsaan, maupun undangan khusus dari pondok pesantren. Terakhir kemarin, beliau diundang dalam acara musyawarah nasional (Munas) Nahdlatul Ulama tepat saat Indonesia sedang melaksanakan pesta demokrasinya.
Ulama yang saat ini menjabat sebagai ketua umum persatuan ulama Bilad As Syam tersebut menilai bahwa kedua kontestan politik Indonesia saat ini sama-sama baik. Sama-sama ingin memajukan Indonesia. Masyarakat Indonesia pun, sudah cukup bijak menghadapi situasi politik. Walau sebelumnya riuhnya bukan main, namun akhirnya suasana bisa redam kembali. Semoga Indonesia bisa lebih baik dan dewasa kedepannya.
Selain itu, beliau juga menceritakan kesan-kesannya selama di Indonesia. Beliau sangat senang berkunjung ke Indonesia, bahkan tak tanggung-tanggung, oleh beliau Indonesia diibaratkan sebagai tanah surga.
Menjadi bagian akhir dari mauidzah-nya, dengan nada khas beliau berkata, "Man akala naasiyan, fabathala shoumuhu (Siapa orang yang makan 'nasi' di waktu siangnya bulan Ramadhan, maka batal puasanya). Ini hasil ijtihad saya dalam safari dakwah ke Indonesia, bahwa nasi itu adalah 'Arruz', bukan berarti lupa."
Sontak diikuti gelak tawa para jamaah yang hadir.
Damaskus, 28 Juni 2019.
Penulis: Mas Iqiq, mahasiswa Indonesia di Suriah
Sumber: Situs PBNU
ADS HERE !!!