Mbah Yai Marzuqi Dahlan adalah figur yang amat tawadhu’. Saking tawadhu’nya, teman-temannya bahkan para santri meragukan kealimannya bahkan dianggap tidak mumpuni dalam membacakan kitab.
Mbah Yai Marzuqi bukan sembarang kyai. Sejak masih nyantri kepada Mbah Yai Abdul Karim (Mbah Manab), sudah tampak kelebihannya dibandingkan santri lainya, yakni: beliau mampu mendeteksi posisi Nabi Khidir.
Kenapakah Mbah Yai Marzuqi tak terlihat kelebihannya?
Syeikh Syihabudin Al-Qalyubi menyebutkan dalam kitab karangannya ”An Nawadir”, bahwa Allah SWT merahasiakan 5 (lima) hal dalam 5 (lima) hal. Salah satunya adalah Allah merahasiakan keberadaan kekasih-Nya (wali-Nya) di antara manusia.
Untuk apa?
Agar kita berhati-hati atau menghormati kepada semua orang.
Karena kita tidak tahu siapa orang yang kita selalu kita temui, boleh jadi menurut kita orang biasa/hina tapi ternyata ia adalah waliyullah, maka dengan begitu kita harus menghormati semua orang. Dan memang waliyullah adalah rahasia Allah, hanya orang-orang pilihan saja yang tahu keberadaan wali-wali Allah sampai-sampai di dunia per-wali-an muncul ”Pameo”:
“Tidak ada yang mengetahui bahwa seseorang itu wali kecuali ia sendiri wali”.
Wali tidak lebih adalah seorang manusia, sama seperti kita-kita ini, hanya saja ia mempunyai derajat yang tinggi di hadapan Allah, sehingga ia menjadi kekasih Allah.
|
KH. Marzuqi Dahlan |
Mengenai kerahasiaan wali di antara para manusia ini saya teringat apa yang dikisahkan oleh Kyai Solichun (Ponpes Nurul Hasan, Geger Tegalrejo) sewaktu saya sowan kepada beliau.
Kyai Solichun bercerita, bahwa pada suatu hari Mbah Kyai Marzuqi Lirboyo kedatangan seorang tamu. Tidak seperti pada hari-hari biasanya, di mana tamu yang sowan adalah kyai atau santri berpakaian rapi. Tamu beliau kali ini memang lain dari yang lain, bermata sipit seperti orang keturunan Tionghoa (Jawa: koyo wong Chino), memakai celana pendek.
Pada saat yang bersamaan, Mbah Kyai Mahrus Ali memperhatikan tamu yang datang ini dari kejauhan.
Tanpa disangka ternyata Mbah Kyai Marzuqi menyambut tamu ini dengan penuh hormat, mencium tangannya dan melayani tamu tersebut secara istimewa.
Karena terkejut dengan sikap Mbah Kyai Marzuqi terhadap tamunya, maka setelah tamu tersebut pamitan, Mbah Kyai Mahrus bergegas bertanya kepada Mbah Kyai Marzuqi, siapakah tamu beliau tadi dan mengapa Mbah Kyai menyambut dengan penuh hormat (Jawa: munduk-munduk), mencium tangan dan melayaninya dengan penuh khidmat.
Mbah Kyai Marzuqi menjawab: ”Kae mau Nabi Khidir, ngabari aku nek patang puluh dino maneh aku mati.” (itu tadi Nabi Khidir, memberitahuku bahwa 40 hari lagi aku meninggal).”
Dan memang benar, Mbah Kyai Mahrus menghitung tepat 40 hari setelah kedatangan tamu tersebut, Mbah Kyai Marzuqi dipanggil menghadap Allah SWT.
Wallahu A’lam.
Penulis: Muhyidin
Sumber: bangkitmedia.com
ADS HERE !!!