Pendapat yang berkembang di kalangan ulama dan fuqaha adalah bahwa doa orang mukmin merupakan ibadah terbaik yang dikerjakannya. Allah swt. sangat senang mendengar orang mukmin memanjatkan doa dengan khusyu’, rendah hati dan sangat berharap kepada-Nya. Rasulullah saw. bersabda : “Allah swt. senang mendengar suara hamba beriman yang memohon perlindungan kepada-Nya dengan khusyu’ dan rendah hati seraya mengharap pertolongan-Nya.”
Dalam konteks ini, Jabir bin Abdillah meriwayatkan sebuah hadits, “Seorang hamba berdoa kepada Allah swt., sedangkan Dia mencintainya. Maka Dia berkata kepada Malaikat Jibril as., ‘Wahai Jibril, jangan penuhi keinginan hamba-Ku ini, tapi tundalah dahulu, karena Aku senang mendengar suaranya (doanya)’. Adapun jika seorang hamba berdoa kepada Allah swt., sementara Dia membencinya, maka Dia akan berkata kepada Malaikat Jibril as., ‘Wahai Jibril, penuhilah hajat hamba-Ku ini dan segerakanlah, karena Aku benci mendengar suaranya (doanya)’. (maksudnya, Allah lebih mencintai orang-orang yang sabar tetapi tetap tekun dalam berdoa daripada orang-orang yang tidak sabar walaupun ia tekun berdoa. Sebab, Allah akan mengabulkan doa orang yang sabar lagi tekun berdoa di akhirat kelak dengan pengabulan yang lebih besar dan lebih baik. Sedangkan doa orang yang tidak sabar, Allah akan mengabulkannya sesegera mungkin atau langsung di dunia)
Sayyidina Ali bin Abu Thalib berkata mengenai tertundanya pengabulan doa, “Tertundanya pengabulan doa seorang hamba barangkali agar menjadi pahala besar bagi orang yang memohon (berdoa) dan menjadi balasan besar bagi orang yang berharap”.
Jika bersabar lantaran pengabulan doanya yang tertunda dan tidak berputus asa terhadap rahmat Allah swt., niscaya seorang mukmin akan mendapatkan pahala yang lebih besar.
Ada sebuah pertanyaan yang pernah diajukan kepada Syaikh Ibrahim bin Adham, “Mengapa doa kami tidak terkabul?”. Syaikh Ibrahim bin Adham menjawab, “Karena kalian mengenal Allah swt., tetapi tidak menaati-Nya; Kalian mengenal Rasulullah saw., tetapi tidak mengikuti sunahnya; Kalian mengenal Al-Qur’an, tetapi tidak mengamalkan isinya; Kalian memakan nikmat Allah swt., tetapi tidak mau mensyukurinya; Kalian mengenal surga, tetapi tidak memintanya; Kalian mengenal neraka, tetapi tidak menghindarinya; Kalian mengenal setan, tetapi tidak memeranginya bahkan bekerja sama dengannya; Kalian mengenal kematian, tetapi tidak mau mempersiapkan diri menghadapinya; Kalian mengubur orang-orang mati, tetapi tidak mau mengambil pelajaran darinya; Dan kalian membiarkan aibmu, sedangkan kalian malah sibuk membicarakan aib orang lain.”
Wallahu A’lam
Sumber : Ensiklopedia Al-Qur’an
ADS HERE !!!