Banyak perawi hadits meriwayatkan bahwa Sayyidina Ali bin Abu Thalib pernah bercerita : “Aku pernah melihat Nabi Khidir dalam mimpi semalam sebelum terjadinya Perang Badar. Saat itu, aku berkata kepadanya, ‘Ajarkanlah suatu ilmu yang telah diajarkan Allah kepadamu sehingga aku dapat mengalahkan para musuh’. Maka, Nabi Khidir mengajarkan kepadaku, ‘Wahai Dia…wahai Yang tidak ada Dia kecuali Dia’.”
Sayyidina Ali melanjutkan kisahnya :
“Keesokan harinya, kuceritakan mimpiku itu kepada Rasulullah saw. Beliau pun bersabda, ‘Wahai Ali, engkau telah mengetahui al-Ismu al-A’dham (nama Allah yang teragung)’.”
Kemudian Sayyidina Ali membaca apa yang diajarkan Nabi Khidir itu dalam Perang Badar.
Pada waktu bertempur dalam Perang Shiffin, setiap kali selesai membaca surah Al-Ikhlas, beliau mengucapkan :
“Wahai Dia…wahai Yang tidak ada Dia kecuali Dia…ampunilah aku dan menangkanlah aku.”
Mendengar bacaan tersebut, Ammar bin Yassir bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, kiasan-kiasan apakah itu?.”
Sayyidina Ali menjawab, “Nama Allah yang teragung (al-ismu al-a’dham), dan pilar tauhid, ‘Tidak ada Tuhan kecuali Dia’.”
Kemudian Sayyidina Ali membaca salah satu dari surah Ali Imran :
شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَآئِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَآئِمًا بِالْقِسْطِ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran : 18)
Wallahu A’lam
Sumber : Ensiklopedia Al-Qur’an
ADS HERE !!!