"Ta'dzim pada guru itu bukan masalah mana yang benar dan mana yang salah selama tidak bertentangan dengan syari'ah"
Imam Ibnu Malik (Pengarang kitab “Alfiyah Ibnu Malik”) berkata: "Kitab Alfiyahku ini lebih unggul dari kitab Imam Ibnu Mu'thi".
Apa yang dikatakan Imam Ibnu Malik adalah fakta kebenaran yang tak terbantahkan, namun apa yang terjadi saat kata-katanya ditujukan untuk ulama yang lebih sepuh?
Sekelumit kisah Imam Ibnu Malik:
Imam Ibnu Malik berkata:
ﻭَﺗَﻘْﺘَﻀِﻲ ﺭِﺿَﺎً ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﺳُﺨْﻂِ # ﻓَـﺎﺋِﻘَﺔً ﺃَﻟْﻔِــــﻴَّﺔَ ﺍﺑْﻦِ ﻣُﻌْﻄِﻲ
(Kitab ini menuntut kerelaan tanpa kemarahan, melebihi kitab Alfiyah-nya Ibnu Mu’thi)
Sampai di sini Imam Ibnu Malik hendak menjelaskan kepada pembaca bahwa kitabnya lebih unggul dan komprehensif dari kitab karya ulama sebelumnya, yakni Yahya bin Abdil Mu’thi bin Abdin Nur Az-Zawawi al-Maghribi atau dikenal dengan nama Imam Ibnu Mu'thi.
Dalam kitab Hasyiyah al-'Allâmah Ibnu Hamdûn 'ala Syarhil Makûdî li Alfiyati ibn Mâlik dikisahkan, setelah itu Imam Ibnu Malik meneruskannya dengan bait:
ﻓَﺎﺋِﻘَﺔً ﻟَﻬَﺎ ﺑِﺄَﻟْﻒِ ﺑَﻴْﺖٍ#............... .
(Mengunggulinya [karya Ibnu Mu’thi] dengan seribu bait,…....)
Belum sempurna bait ini dibuat, tiba-tiba saja Imam Ibnu Malik terhenti. Inspirasinya lenyap, tak mampu menulis apa yang hendak dilanjutkan. Suasana pikirannya kosong semacam ini bahkan berlangsung sampai beberapa hari. Hingga kemudian beliau bertemu dengan seseorang dalam mimpi.
“Aku mendengar engkau sedang mengarang kitab Alfiyah tentang ilmu nahwu?” tanya seseorang
“Betul,” sahut Imam Ibnu Malik
“Sampai di mana?” tanya seseorang lagi
“Fâiqatan lahâ bi alfi baitin…” jawab Imam Ibnu Malik
“Apa yang membuatmu berhenti menyelesaikan bait ini?” tanya seseorang
“Aku lesu tak berdaya selama beberapa hari,” jawabnya Imam Ibnu Malik lagi
“Engkau ingin menyelesaikannya?” sahut seseorang
“Ya.” jelas Imam Ibnu Malik
Lalu orang dalam mimpi itu menyambung bait ( ﻓَﺎﺋِﻘَﺔً ﻟَﻬَﺎ ﺑِﺄَﻟْﻒِ ﺑَﻴْﺖٍ ) yang terpotong dengan sambungan bait ini:
ﻭَﺍْﻟﺤَﻲُّ ﻗَﺪْ ﻳَﻐْﻠِﺐُ ﺃَﻟْﻒَ ﻣَﻴِّﺖٍ
(Orang hidup memang terkadang bisa menaklukkan seribu orang mati).
Terang saja, orang hidup meski cuma satu orang dijamin sanggup mengalahkan berapa pun banyaknya orang yang tak punya kuasa pembelaan lantaran sudah mati.
Kalimat ini merupakan sindiran kepada Imam Ibnu Malik atas rasa bangganya terhadap kitab Alfiyah-nya yang dianggap lebih bagus dari pengarang sebelumnya yang sudah wafat. Sebuah tamparan keras menghantam perasaan sang pengarang Alfiyah. Segera Imam Ibnu Malik mengonfirmasi,
“Apakah engkau Ibnu Mu’thi?” tanya Imam Ibnu Malik
“Betul.” jawab seseorang itu
Imam Ibnu Malik insaf dan malu luar biasa. Pagi harinya seketika itu juga beliau membuang potongan bait yang belum tuntas itu dan menggantinya dengan dua bait muqaddimah yang lebih sempurna:
ﻭَﻫْﻮَ ﺑِﺴَﺒْﻖٍ ﺣَﺎﺋِﺰٌ ﺗَﻔْﻀِﻴْﻼً # ﻣُﺴْـﺘَﻮْﺟِﺐٌ ﺛَﻨَﺎﺋِﻲَ ﺍﻟْﺠَﻤِﻴْﻼَ
(Beliau [Ibnu Mu’thi] lebih istimewa karena lebih awal. Beliau berhak atas sanjunganku yang indah)
ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻘْﻀِﻲ ﺑِﻬِﺒَـﺎﺕٍ ﻭَﺍﻓِﺮَﻩْ # ﻟِﻲ ﻭَﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕِ ﺍﻵﺧِﺮَﻩْ
(Semoga Allah melimpahkan karunia-Nya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat-derajat tinggi di akhirat)
Uraian Imam Ibnu Malik dalam kitab Alfiyah-nya mungkin lebih lengkap dan detail dari karya Imam Ibnu Mu’thi, tapi karya pendahulu tetap lebih penting karena memberi dasar-dasar rintisan bagi karangan ulama berikutnya.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
ﺍﺑﺂﺀﻛﻢ ﺧﻴﺮ ﻣﻦ ﺍﺑﻨﺂﺀﻛﻢ ﺍﻟﻰ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻘﻴﺎﻣﺔ
(Para pendahulu [pelopor] lebih baik dari generasi sesudahnya sampai hari kiamat)
Semoga kita semua mampu mencontoh para masyayikh kita dalam adab ta'dzim dan kerendahan hatinya. Amin
Wallahu A’lam
Sumber: alfadlu.com