Pelaksanaan dzikir istighosah mulai dilaksanakan pada pertengahan tahun 2003, KH. Dimyati Rois mengadakan suatu jamaah untuk doa bersama atau dikenal dengan sebutan istighosah. Sebelumnya tidak ada persiapan sama sekali dan serba dadakan, tetapi pada malam Kamis kurang lebih pada pukul 22.00 WIB sebelum malam Jum’at Kliwon, KH. Dimyati Rois memanggil para pengurus pondok yang senior untuk melakukan musyawarah, lalu kemudian pada keesokan harinya semua tugas dibagi kepada masing-masing pengurus untuk mempersiapkan acara istighatsah musabbiat malam Jum’at Kliwon.
Jamaah ini dipimpin langsung oleh beliau yang dilaksanakan hampir pertengahan malam yaitu jam 22.00 WIB sampai selesai, kegiatan ini masih berlangsung sampai sekarang dan dilaksanakan secara rutin setiap hari Kamis malam Jum’at Kliwon. Istighosah dilaksanakan pada malam Jum’at Kliwon karena pada malam Jum’at Kliwon adalah malam dimana malam yang dianggap keramat oleh sejumlah kalangan masyarakat, dengan adanya istighosah pada malam Jum’at Kliwon yaitu bertujuan untuk menghilangkan anggapan tersebut oleh masyarakat dan justru memberikan pengertian bahwa malam Jum’at Kliwon adalah waktu yang mustajabah, malam pembeda antara umat Islam dengan umat agama lain.
Malam Jum’at Kliwon adalah waktu dimana KH. Dimyati Rois memiliki waktu yang luang, karena pada malam Jum’at Wage beliau mengadakan acara istighosah musabiat di Brebes. Selain itu alasan mengapa istighosah dilaksanakan pada malam Jum’at Kliwon adalah bersamaan dengan hari dimana para santri diperbolehkan di dikunjungi oleh keluarga, kemudian keluarga para santri diajak untuk mengaji dengan dzikir dan istighosah bersama Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadlu yaitu KH. Dimyati Rois.
Awal mulanya istighosah hanya diikuti oleh santri-santri, wali santri, dan warga sekitar saja, namun kemudian berita tersebut terdengar oleh berbagai kalangan masyarakat luas di berbagai daerah. Sejak itulah mulai banyak jamaah dari berbagai daerah baik masyarakat Kendal maupun masyarakat luar kota Kendal yang hadir mengikuti majlis dzikir istighosah musabiat ini. Istighosah ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampun, dan berdoa mengharapkan kebekahan dalam hidupnya.
Latar belakang diadakannya istighosah musabiat, yaitu KH. Dimyati Rois pernah mendapat amalan dari KH. Ahmad Ru’yat (guru dari KH. Dimyati Rois). Dulu, ketika KH. Dimyati Rois masih mondok di Ponpes APIK asuhan KH. Ahmad Ru’yat, setiap ada persoalan KH. Ahmad Ru’yat selalu mengajak beliau untuk beristighosah musabiat.
KH. Ahmad Ru’yat mempunyai hubungan yang sangat baik dengan KH. Musyaffa’. KH. Musyaffa’ adalah seorang ulama yang memiliki ilmu yang sangat tinggi, beliau akrab dipanggil warga dengan panggilan Mbah Wali Musyaffa’. Karena ilmunya yang sangat tinggi beliau memiliki ma’rifat dan perasaan yang sangat peka layaknya seorang wali terhadap sesuatu apapun baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi, sikapnya sangat sulit untuk dimengerti oleh orang awam bahkan beliau sering melakukan aktivitas yang benar-benar diluar nalar akal manusia pada umumnya.
Dulu, suatu hari KH. Musyaffa’ mengetahui melalui ilmu ma’rifatnya, bahwa akan terjadi suatu bencana yang menimpa negeri ini, kemudian KH. Ahmad Ru’yat yang mampu menafsirkan dan menerjemahkan apa yang dimaksud oleh KH. Musyaffa’, lalu KH. Ahmad Ru’yat mengajak KH. Dimyati Rois dan santri-santri lain untuk melaksanakan istighosah musabiat dalam rangka mendoakan agar negeri ini terselamatkan dari bencana sebagaimana ramalan KH. Musyaffa’.
KH. Ahmad Ru’yat mendapatkan amalan dzikir musabiat itu dari KH. Idris, Jamsaren, Solo (guru KH. Ahmad Ru’yat). KH. Idris Jamsaren mendapatkannya dari KH. Sholeh Darat, Semarang (guru KH. Idris Jamsaren). KH. Sholeh Darat, Semarang mendapatkannya dari KH. Nawawi Banten, dan KH. Nawawi Banten mengamalkan dari kitab.
Dinamakan musabiat dikarenakan seluruh kalimat dibaca tujuh kali, dari bahasa arab Sab’ah yang artinya tujuh, dan yang dibaca adalah surah-surah pendek. Di dalam kitab Sahih Bukhari, bacaan dalam musabiat yaitu Al-Insyiroh tujuh kali, Al-Qadr tujuh kali, Al-Ikhlas tujuh kali, Al-Falaq dan An-Nas tujuh kali. Dalam kitab Ihya Ulumuddin bacaan dalam musabiat yaitu Al-Ikhlas tujuh kali, Al-Falaq tujuh kali, dan An-Anas tujuh kali.
Adapun dalam istighosah malam Jum’at Kliwon di Pondok Pesantren Al-Fadlu diawali dengan bacaan doa istighfar sebanyak empat puluh satu kali, istighfar sebanyak seratus kali, Robbana dzolamna sebanyak dua puluh satu kali, Allahumma Antassalam sebanyak tujuh kali, kemudian surah Al-Fatihah tujuh kali, surah Al-Qadr tujuh kali, surah Al-Insyirah tujuh kali, surah Al-Ikhlas tujuh kali, surah Al-Falaq tujuh kali dan surah An-Nas tujuh kali. Tambahan tersebut adalah amalan dari KH. Nawawi Banten.
Materi Dzikir Istighosah
Materi istighosah adalah serangkaian dzikir dan doa, doa istighosah merupakan serangkaian dzikir-dzikir tertentu dan doa-doa tertentu yang dibaca dalam jumlah tertentu. Adapun rangkaian bacaan dzikir istighosah rutin malam Jum’at Kliwon adalah sebagai berikut:
1.) Diawali shalawat nabi berikut ini:
مولاى صل وسلم دائماابدا # على حبيبك خيرخلق كلهم
هواللحبيب اللذي ت رجي شفاعته # لكل هول من الاهوال مقتحم
يارب بالمصطفي بلغ مقا صد نا # واغفرلنا ما مضي يا واسعاالكرم
يا ارحم الراحمين ياارحم الراحمين # ياارحم الراحمين فرج على المسلمين
2.) Hadiah al-fatihah khususiyyah tawassul
3.) Membaca lafadz di bawah ini sebanyak 33 kali
أستغفر الله العظيم الذى لا إله إلاهوالحي القيوم وأتوب اليه
4.) Membaca istighfar di bawah ini sebanyak 100 kali
أستغفرالله
5.) Membaca lafadz di bawah ini sebanyak 15 kali
ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفرلنا وترحمنا لنكونن من الخا سرين
6.) Membaca lafadz di bawah ini sebanyak 7 kali
أللهم أنت السلام و منك السلام وإليك يعود السلام فحينا ربنا بالسلام و أدخلنا الجنة دارالسلام تباركت ربنا وتعاليت يا ذالجلال وا لاكرام
7.) Membaca surah Al-Fatihah 7 kali
8.) Membaca surah Al-Qadr 7 kali
9.) Membaca surah Al-Insyirah 7 kali
10.) Membaca surah Al-Ikhlas 7 kali
11.) Membaca surah Al-Falaq 7 kali
12.) Membaca surah An-Nas 7 kali
13.) Ditutup dengan doa:
اِلَهِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلا # وَلاَ أَقْوَى عَلَى نَّارِ ا لْجَحِيْمِ
فَهَبْ لِيْ تَوْبَة وَاغْفِرْ ذُنوْبِيْ # فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّ نْبِ الْعَظِيْمِ
Rangkaian bacaaan di atas dilakukan dengan penuh penghayatan, dengan pelan dan memperhatikan tartil, inilah yang membedakan istighosah malam Jum’at Kliwon di Pondok Pesantren Al-Fadlu dengan jamaah istighosah yang lain.
Sumber: alfadlu.com