Dalam Kitab Al-Bidayah wan Nihayah riwayat dari Al Waqidi, disebutkan :
وكان إذا أكل عيال أبي طالب جميعا أو فرادى لم يشبعوا، وإذا أكل معهم رسول الله صلى الله عليه وسلم شبعوا. فكان إذا أراد أن يغديهم قال: كما أنتم حتى يأتي ولدي، فيأتي رسول الله صلى الله عليه وسلم فيأكل معهم، فكانوا يفضلون من طعامهم، وإن لم يكن منهم لم يشبعوا، فيقول أبو طالب: إنك لمبارك.
“Ketika keluarga Abu Thalib makan baik bersama-sama atau sendiri-sendiri, maka mereka takkan pernah merasa kenyang. Akan tetapi, jika Rasulullah saw. makan bersama mereka, maka mereka pasti merasa kenyang. Maka dari itu, jika keluarga Abu Thalib hendak makan, maka Abu Thalib berkata kepada mereka, ‘Tahan dulu! Jangan makan sampai anakku (Muhammad) datang (ikut makan bersama kita)’. Jika Rasulullah sudah datang dan ikut makan bersama mereka, maka makanan mereka menjadi lebih. Jika Rasulullah tidak ikut serta makan, maka mereka merasa belum kenyang. Kemudian Abu Thalib berkata kepada Rasulullah, ‘Sungguh engkau penuh keberkahan wahai Muhammad’.”
Dan Rasulullah memang menegaskan bahwa makan bersama-sama lebih berkah daripada sendiri-sendiri. Diriwayatkan sebuh Hadits riwayat Harb :
أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم إنا نأكل ولا نشبع قال:" لعلكم تأكلون متفرقين. اجتمعوا على طعامكم واذكروا اسم الله يبارك لكم فيه"
Ada seseorang berkata kepada Rasulullah saw.: “Sesungguhnya kami makan, akan tetapi kami tidak pernah merasa kenyang”. Rasul pun menjawab, “Mungkin (hal itu disebabkan karena) kalian makan sendiri-sendiri. Berkumpullah kalian ketika makan dan sebutlah Asma Allah! Nanti kalian akan mendapatkan berkah di dalamnya”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Mungkin sebagian dari kita ada yang merasa jijik jika makan bersama-sama karena ada kekhawatiran nanti tertular penyakit teman makan kita atau semacamnya. Itu adalah kewajaran yang biasa. Maka dari itu, Rasulullah saw. juga meletakkan adab-adab/aturan-aturan ketika sedang makan bersama orang lain sehingga orang terhindar akan rasa jijik. Seperti yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Amr bin Abi Salamah :
يَا غُلامُ : سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِك ، وَكُلُّ مِمَّا يَلِيك
“Wahai pemuda! Bacalah basmalah! Makanlah dengan tangan kananmu! Makanlah makanan yang dekat dengan dirimu!”.
Ini merupakan pengajaran yang sangat dalam sekali agar ketika makan bersama, kita tidak menjadikan orang lain tidak merasa nyaman. Maka beliau menyuruh Amr bin Abi Salamah untuk mengambil makanan yang terdekat, dan tidak mengijinkan mengambil makanan yang dekat dengan orang lain.
Bahwa cara mengambil suap makan (muluk, jawa) yang sesuai sunnah adalah dengan menggunakan 3 jari. Hal ini mudah dilakukan jika makanannya berupa roti, kurma atau sejenisnya yang bisa diambil dengan menggunakan 3 jari. Yang lucu, ada sebagian saudara kita yang memaksakan diri makan nasi (misalnya) dengan 3 jari padahal menurut orang normal, makan nasi dengan 3 jari susah. Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menuqil komentar Imam Qadli 'Iyadl dalam kitab Fathul Bari :
وَإِنْ اُضْطُرَّ إلَى الْأَكْلِ بِأَكْثَرَ مِنْ ثَلَاثَةِ أَصَابِعَ ، لِخِفَّةِ الطَّعَامِ وَعَدَمِ تَلْفِيقِهِ بِالثَّلَاثِ يَدْعَمُهُ بِالرَّابِعَةِ أَوْ الْخَامِسَةِ.
"Jika memang keadaan memaksa kita makan dengan menggunakan lebih dari 3 jari disebabkan karena kecilnya makanan dan tidak tertampung/terkumpulnya makanan dengan 3 jari, maka bolehlah menguatkan (suapan)nya dengan jari 4 atau 5 jari ".
Wallahu A'lam
Sumber : Gus Aniq Makki
ADS HERE !!!