Berikut teks
penjelasan Hadhratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Risalah Ahlussunnah
wal Jama’ah tentang propaganda dan kesesatan Paham Wahabi :
فصل: في بيان تمسك أهل جاوى بمذهب أهل السنة
والجماعة، وبيان ابتداء ظهور البدع وانتشارها في أرض جاوى، وبيان أنواع المبتدعين
في هذا الزمان
“Pasal : Menjelaskan
Tentang Penduduk Jawa Yang Berpegang Kepada Madzhab Ahlusunnah wal Jama’ah dan Menjelaskan
Tentang Awal Kemunculan Bid’ah dan Penyebarannya di Tanah Jawa serta Berbagai
Macam Ahli Bid’ah di Zaman ini.”
قد كان مسلموا الأقطار الجاوية في الأزمان
السالفة الخالية متفقي الآراء والمذهب ومتحدي المأخذ والمشرب، فكلهم في الفقه على
المذهب النفيس مذهب الإمام محمد بن إدريس، وفي أصول الدين على مذهب الإمام أبي
الحسن الأشعري، وفي التصوف على مذهب الإمام الغزالي والإمام أبي الحسن الشاذلي رضي
الله عنهم أجمعين
“Umat Islam yang mendiami wilayah Jawa
sejak zaman dahulu telah bersepakat dan menyatu dalam pandangan keagamaannya.
Di bidang fiqih, mereka berpegang kepada Madzhab Imam Syafi’i, di bidang
ushuluddin mereka berpegang kepada Madzhab Abu Hasan al-Asy’ari, dan di bidang
tasawuf mereka berpegang kepada Madzhab Abu Hamid al-Ghazali dan Abu Hasan
asy-Syadzili, semoga Allah meridhai mereka semua.”
ثم إنه حدث في عام الف وثلاثمائة وثلاثين أحزاب
متنوعة وآراء متدافعة وأقوال متضاربة، ورجال متجاذبة، فمنهم سلفيون قائمون على ما
عليه أسلافهم من التمذهب بالمذهب المعين والتمسك بالكتب المعتبرة المتداولة، ومحبة
أهل البيت والأولياء والصالحين، والتبرك بهم أحياء وأمواتا، وزيارة القبور وتلقين الميت
والصدقة عنه واعتقاد الشفاعة ونفع الدعاء والتوسل وغير ذلك.
“Kemudian, pada tahun 1330 H. timbul
berbagai pendapat yang saling bertentangan, isu yang bertebaran dan pertikaian
di kalangan para pemimpin umat. Diantara mereka ada yang berafiliasi pada
kelompok Salafiyyin (Kaum Salaf) yang memegang teguh tradisi para tokoh
pendahulu. Mereka bermadzhab kepada satu madzhab tertentu dan berpegang teguh
kitab-kitab mu’tabar, kecintaan terhadap Ahlul Bait Nabi, para wali dan
orang-orang salih. Selain itu, mereka juga ber-tabarruk (mengharap berkah) kepada
ahlu bait, wali dan orang shalih, baik ketika masih hidup maupun setelah wafat,
ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini syafa’at, mendoakan
dan tawassul serta amalan lainnya.”
ومنهم فرقة يتبعون رأي محمد عبده ورشيد رضا،
ويأخذون من بدعة محمد بن عبد الوهاب النجدي، وأحمد بن تيمية وتلميذيه ابن القيم
وعبد الهادي
“Diantara umat Islam (paham yang muncul
pada kisaran tahun 1330 H.), terdapat juga kelompok yang mengikuti pemikiran
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Mereka melaksanakan kebid’ahan Muhammad bin
Abdul Wahhab an-Najdi, Ahmad bin Taimiyah (Ibnu Taimiyah) serta kedua muridnya,
Ibnul Qayyim dan Abdul Hadi.”
فحرموا ما أجمع المسلمون على ندبه، وهو السفر
لزيارة قبر رسول الله صلى الله عليه وسلم، وخالفوهم فيما ذكر وغيره
“Mereka (paham Wahabi) mengharamkan
hal-hal yang telah disepakati oleh umat Islam sebagai sebuah kesunnahan, yaitu
bepergian untuk menziarahi makam Rasulullah saw. dan mereka berselisih dalam
kesepakatan-kesepakatan lainnya (seperti; ziarah kubur, talqin mayit,
tabarrukan, meyakini syafa’at, mendo’akan mayit, tawassul dan lain sebagainya).”
قال ابن تيمية في فتاويه: وإذا سافر لاعتقاد
أنها أي زيارة قبر النبي صلى الله عليه وسلم طاعة، كان ذلك محرما بإجماع المسلمين،
فصار التحريم من الأمر المقطوع به
Ibnu Taimiyah
menyatakan dalam fatwanya: “Jika seseorang bepergian dengan berkeyakinan bahwasanya
mengunjungi makam Nabi saw. sebagai sebuah bentuk ketaatan, maka perbuatan
tersebut hukumnya haram dengan disepakati oleh umat Islam. Maka keharaman
tersebut termasuk perkara yang harus ditinggalkan.”
قال العلامة الشيخ محمد بخيت الحنفي المطيعي في
رسالته المسماة تطهير الفؤاد من دنس الإعتقاد: وهذا الفريق قد ابتلي المسلمون
بكثير منهم سلفا وخلفا، فكانوا وصمة وثلمة في المسلمين وعضوا فاسدا
“Al-’Allamah Syaikh Muhammad Bakhit
al-Hanafi al-Muth’i menyatakan dalam kitabnya Thathhir al-Fuad min Danas
al-I’tiqad (Pembersihan Hati dari Kotoran Keyakinan) bahwa : “Kelompok (Wahabi)
ini sungguh menjadi cobaan berat bagi umat Islam, baik salaf (umat dahulu) maupun
khalaf (umat sekarang). Mereka adalah duri dalam daging (musuh dalam selimut)
yang hanya merusak keutuhan umat Islam.”
يجب قطعه حتى لا يعدى الباقي، فهو كالمجذوم يجب
الفرار منهم، فإنهم فريق يلعبون بدينهم يذمون العلماء سلفا وخلفا
“Maka, wajib menanggalkan atau menjauhi
(penyebaran) ajaran mereka agar yang lain tidak tertular (terpengaruh). Mereka
laksana penyandang lepra yang mesti dijauhi. Mereka adalah kelompok yang
mempermainkan agama mereka. Hanya bisa menghina para ulama, baik salaf (ulama
dahulu) maupun khalaf (ulama sekarang).”
ويقولون: إنهم غير معصومين فلا ينبغي تقليدهم،
لا فرق في ذلك بين الأحياء والأموات يطعنون عليهم ويلقون الشبهات، ويذرونها في
عيون بصائر الضعفاء، لتعمى أبصارهم عن عيوب هؤلاء
Mereka (Wahabi)
menyatakan: “Para ulama bukanlah orang-orang yang terbebas dari dosa, maka
tidaklah layak mengikuti mereka, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.”
Mereka (Wahabi) menyebarkan (pandangan/asumsi) ini kepada orang-orang yang bodoh
(minim pengetahuan agamanya) supaya tidak dapat mendeteksi kebodohan mereka.
ويقصدون بذلك إلقاء العداوة والبغضاء، بحلولهم
الجو ويسعون في الأرض فسادا، يقولون على الله الكذب وهم يعلمون، يزعمون أنهم
قائمون بالأمر بالمعروف والنهي عن المنكر، حاضون الناس على اتباع الشرع واجتناب
البدع، والله يشهد إنهم لكاذبون.
“Maksud dari propaganda ini adalah
munculnya permusuhan dan kericuhan. Dengan penguasaan atas jaringan teknologi
(media), mereka (Wahabi) membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menyebarkan
kebohongan mengenai Allah, padahal mereka menyadari kebohongan tersebut. Menganggap
dirinya melaksanakan amar makruf nahi munkar, merecoki masyarakat dengan
mengajak untuk mengikuti ajaran-ajaran syari’at dan menjauhi kebid’ahan.
Padahal Allah Maha Mengetahui, bahwa mereka telah berbohong.”
Saifurroyya
Sumber : muslimmedianews.com
Baca Juga :
Pesan Penting KH. Hasyim Asy’ari Menghadapi Wahabi