Nahdhatul
Ulama (NU) sebagai sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia telah menjadi
benteng dan pondasi bagi penyebaran paham Ahlussunnah wal Jama’ah. NU
lahir di tengah maraknya penyebaran paham Islam yang berdalih memurnikan ajaran
Islam sebagaimana pemikiran Imam Ghazali yang muncul saat para pemikir Islam
mulai melenceng dari jalur yang benar.
NU
dilahirkan dari rahim para ulama yang memegang teguh ajaran dan tradisi
peninggalan Walisongo. NU lahir bukan karena ambisi duniawiyah, tapi karena keprihatinan
terhadap merebaknya paham-paham Islam yang berdalih memurnikan ajaran Islam. Dari
ajaran dan tradisi yang dibawa dan disebarkan oleh Walisongo itulah, para ulama
membentuk jam’iyyah atau perkumpulan ulama-ulama yang akan melestarikan ajaran
dan tradisi Walisongo tersebut.
Sebelum NU
dilahirkan, para ulama pendiri NU selalu berikhtiar dengan caranya
masing-masing. Ada yang meminta restu dari gurunya, seperti kisah KH. Hasyim
Asy’ari yang meminta restu kepada gurunya yang tidak lain adalah Waliyullah
Syech Khalil Bangkalan dengan perantara KH. As’ad Syamsul Arifin. Syech Khalil
Bangkalan merestui pendirian NU dengan isyarat bacaan Al-Qur’an, tongkat dan
tasbih.
Ada juga
yang berikhtiar dengan meminta restu kepada Sunan Ampel, seperti kisah KH.
Wahab Hasbullah yang meminta restu kepada Sunan Ampel dengan berziarah ke makam
Sunan Ampel. Diceritakan oleh salah satu putra KH. Wahab Hasbullah, yaitu KH.
Hasib Wahab, bahwa ayahnya itu pernah menulis surat kepada Sunan Ampel dalam bahasa
Arab. Surat itu tidak dilipat tapi digulung seperti nawala di zaman
kerajaan kuno. Lalu surat tersebut dibungkus dengan kain terus dimasukkan ke
dalam makam Sunan Ampel di Surabaya.
KH. Wahab Hasbullah
bilang ke beberapa kyai dan pengikutnya yang mengikuti ziarah di makam Sunan
Ampel itu, “Jika surat itu dalam tiga hari hilang dari tempat dia
memasukkan, berarti Sunan Ampel merestui berdirinya NU.”
Setelah tiga
hari memasukkan surat tersebut, KH. Wahab Hasbullah ziarah lagi ke makam Sunan
Ampel. Bahkan membawa rombongan ziarah yang lebih banyak. Ternyata, surat yang
digulung tersebut tidak berada di tempatnya lagi. Akhirnya, KH. Wahab Hasbullah
mantap, lalu pulang dan segera menemui KH. Hasyim Asy'ari agar segera
mendeklarasikan berdirinya NU. KH. Wahab Hasbullah bilang kepada KH.
Hasyim Asy’ari, “Suratku sudah diterima Kanjeng Sunan Ampel, berarti
direstui untuk melanjutkan dakwah Islam ala Ahlussunnah wal jama’ah di
Nusantara.”
Di dalam
salah satu kitab karangan Sunan Ampel terdapat sebuah cerita tentang
keterkaitan dakwah ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah dengan Rasulullah saw.
Kanjeng Sunan Ampel bercerita :
“Waktu
saya mengaji ke paman saya (saudara Syech Ibrahim Asmarakandi dan putra Syech
Jumadil Kubro) di Madinah, saya pernah bermimpi bertemu Rasulullah saw. seraya
berkata kepada saya: ‘Islam Ahlussunnah wal Jama’ah ini bawalah hijrah ke
Indonesia. Karena di tempat kelahirannya (Mekkah-Madinah) ini sudah tidak mampu
melaksanakan syari’ah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Bawalah ke Indonesia’.
”
Kutipan teks
kitab karangan Sunan Ampel di atas, sebagaimana diceritakan oleh Almaghfurlah
KH. As'ad Syamsul Arifin pada rapat para ulama di Kawatan, Surabaya, tahun 1924
M. tepatnya sebelum NU berdiri.
Dari kisah-kisah
di atas dapat sedikit disimpulkan, bahwa dakwah NU yang selaras dengan ajaran Ahlussunnah
wal Jama’ah dan sesuai dengan ajaran dan tradisi Walisongo telah mendapat
restu dari Rasulullah saw. melalui Kanjeng Sunan Ampel. Sebab, dakwah NU dari mulai
berdirinya sampai sekarang telah mengamalkan dan melestarikan ajaran dan
tradisi yang dibawa oleh Walisongo. NU telah menjadi garda terdepan bagi
kelangsungan dakwah Ahlussunnah wal Jama’ah yang digelorakan oleh
Walisongo di bumi Nusantara ini.
Sekarang ini,
banyak ormas Islam yang mengaku-ngaku sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah
tetapi tidak mengakui ajaran dan tradisi yang dibawa oleh Walisongo. Banyak ormas
atau partai Islam yang mengaku-ngaku sebagai penganut Ahlussunnah wal Jama’ah
tetapi tidak mengamalkan dan melestarikan ajaran Walisongo.
Sebagai
kader NU, kita patut berbahagia karena dakwah NU telah mendapat restu dari Rasulullah
saw. dan Sunan Ampel. Kader NU wajib menjaga kelestarian dakwah Ahlussunnah
wal Jama’ah yang dibawa oleh Walisongo. Kader NU wajib menjadi garda
terdepan dalam membentengi umat Islam Indonesia dari pengaruh paham-paham yang
berdalih memurnikan ajaran Islam dan mengaku-ngaku paling benar serta menuduh
kelompok selainnya sebagai penganut syirik.
Wallahu A’lam
al-Faqier
Ila Rahmati Rabbih
Saifurroyya
21-05-15,
Kaliwungu Kota Santri
Baca juga :
ADS HERE !!!