Koentjaraningrat
dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan Jawa (1984), menerangkan bahwa
salah satu tradisi dan budaya Islam Jawa yang masih hidup adalah adanya
penghormatan kepada makam-makam orang suci, baik ulama atau kyai. Jika kaum
santri datang ke makam untuk mendoakan orang yang telah meninggal agar diampuni
dosanya oleh Allah swt., maka kaum Islam abangan (kejawen) mendatangi makam
sebagai tempat Pepundhen. Yaitu menjadikan makam sebagai sesembahan, yang
dipui-puji, diberi sesaji, dan dimintai pertolongan.
Salah
satu bentuk penghormatan terhadap makam orang-orang saleh itu, di Kaliwungu
lahir apa yang disebut sebagai Syawalan. Salah satu tradisi keagamaan yang
berupa peringatan wafatnya (haul) ulama dalam masyarakat Islam masa lalu, yang
diadakan pada setiap tanggal 8 Syawal, yakni satu minggu setelah Hari Raya Idul
Fitri pada setiap tahun.
Pada mulanya,
Syawalan berasal dari sebuah peringatan meninggalnya (haulnya) ulama besar Kaliwungu
yang bernama Kyai Asy’ari (Kyai Guru), yaitu dengan cara menziarahi makamnya
setiap tanggal 8 Syawal, setiap tahun. Adapun Sunan Katong hari wafatnya (haulnya)
dirayakan setiap bulan Rajab pada setiap tahun, biasanya jatuh pada pasaran
Kliwon. Sayyid Bakhur (Bakir) bin Ahmad bin Sayyid Bakri (wafat 8 April 1965)
dan istrinya Fatimah binti Sayyid Ali Akbari (wafat 21 Januari 1989) haulnya
setiap bulan Besar (hari Raya Kurban/Dzulhijjah).
Sesuai
dengan perkembangan masyarakatnya, kemudian lokasi ziarah berkembang ke makam
Pangeran Mandurorejo, dan Pangeran Pakuwojo, Kyai Mustofa, Kyai Ru’yat, dan
Kyai Musyafa’.
Awalnya
kegiatan ziarah mengirim doa di makam Kyai Asy’ari ini hanya dilakukan oleh
keluarga dan keturunan Kyai Asy’ari, tetapi lama kelamaan diikuti oleh
masyarakat muslim di Kaliwungu dan sekitarnya. Akhirnya, kegiatan itu semakin
masif terjadi setiap tahun, bahkan objek lokasi ziarah melebar bukan hanya
kepada makam Kyai Asy’ari atau “Kyai Guru”, akan tetapi juga ke makam Sunan
Katong, Pangeran Mandurorejo, seorang Panglima Perang Mataram, dan Pangeran
Pakuwojo. Belakangan para peziarah merambah juga berziarah ke makam Kyai Mustofa,
Kyai Musyafa’, dan Kyai Ru’yat.
Makam Kyai
Asy’ari, Makam Pangeran Mandurorejo, dan Sunan Katong terletak di Jabal Nur
sebelah selatan desa Protomulyo, sedang makam Kyai Mustofa, Kyai Musyafa’ dan
Kyai Ru’yat terletak di Jabal Nur sebelah utara-barat. Biasanya acara tradisi
ini dibuka oleh Bupati Kendal. Kemudian acara dilanjutkan dengan berjalan kaki
bersama-sama dari Masjid Besar Al-Muttaqin dengan para kyai, masyarakat dan
santri Kaliwungu menuju makam Kyai Asy’ari.
|
Para Peziarah Memadati Makam Kyai Asy'ari (Kyai Guru) |
Adapun agenda
acara Syawalan di makam Kyai Asy’ari adalah (1) Pembukaan, (2) Pembacaan
Riwayat hidup singkat Kyai Asy’ari, (3) Pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dan
tahlil (4) Doa untuk para arwah leluhur dan ulama Kaliwungu yang dimakamkan di
pemakaman Jabal Nur maupun di pemakaman lain.
Situs yang menjadi
pusat kegiatan Syawalan pun beragam, mulai dari Masjid Besar Al-Muttaqin
(peninggalan Kyai Asy’ari), Meriam Mataram hingga Astana Kuntu Layang. Astana
yang terletak di Protowetan Kaliwungu ini tak lain adalah makam para kyai sepuh,
pejabat dan keluarga keraton Kasultanan Mataram Jogja yang dahulu bertugas di
Kaliwungu.
Situs
Bersejarah Di Kaliwungu
1.) Masjid
Besar Al-Muttaqin
Semua situs
tersebut menyiratkan bukti sisa-sisa kejayaan dan kemasyuran dakwah Islam yang
dirintis ulama pendahulu di Kaliwungu. Lihat saja situs Masjid Besar Al-Muttaqin
yang berada di depan alun-alun Kawedanan Kaliwungu. Bangunan megah ini juga
menyiratkan keagungan syiar Islam pada saat itu. Meski perluasan dan penambahan
sudah dilakukan di sana sini, keagungan Masjid ini tetap tak terhapuskan. Pada
perayaan Syawalan yang berlangsung selama tujuh hari, Masjid yang dibangun oleh
Kyai Guru tersebut menjadi pusat keramaian.
2.) Bukit
Astana Kuntul Layang (Jabal Nur)
Situs Astana
Kuntul Layang, yang menjadi tujuan kirab kelambu, berada di atas bukit yang
membentang di selatan alun-alun Kaliwungu. Sehingga, dari astana ini dapat
dilihat pemandangan alun-alun dan kota santri Kaliwungu. Menurut juru kunci
makam, Astana Kuntul Layang terdiri atas lima bagian utama yang dianalogikan
sebagai bagian dari burung kuntul (bangau) yang sedang melayang.
Bagian
pertama adalah dada yang merupakan cungkup kompleks makam Sunan Katong (ulama
Kaliwungu sekitar tahun 1500-an) serta para Bupati Kendal zaman dahulu. Bagian
kedua adalah sayap kanan yang merupakan kompleks cungkup makam Kyai Musyafa’,
Kyai Ru’yat dan Kyai Mustofa. Bagian berikutnya adalah sayap kiri, yang
merupakan kompleks makam Kyai Mandurorejo, Pangeran Puger dan Kyai Asy’ari
(Kyai Guru). Sedangkan bagian ekor merupakan kompleks makam Pakuwojo, serta
bagian kepala kompleks makam Pangeran Djoeminah (leluhur Bupati Kaliwungu) dan
para Bupati Kaliwungu zaman dahulu.
Pada setiap
tanggal 5 - 9 Syawal, kompleks astana tersebut dibuka dan ramai dikunjungi oleh
para peziarah dari berbagai daerah. Puncak perayaan Syawalan di Kaliwungu
adalah pada hari kedelapan bulan Syawal. Kirab dan penggantian kelambu Kyai
Guru menjadi daya tarik ribuan peziarah,” jelas KRAT. Hamaminata Nitinagoro,
kerabat Keraton Surakarta wewengkon Kendal.
3.) Meriam
Mataram
Peninggalan
dakwah dan kejayaan Kabupaten Kaliwungu juga dapat dilihat dari beberapa situs
yang masih tersisa. Antara lain, Gapura Pungkuran sebagai lambang supremasi
Kabupaten Kaliwungu saat itu. Gapura itu berada di depan Musholla Kp. Pungkuran
yang dulunya merupakan kantor Bupati Kaliwungu. Di bawah gapura bertuliskan
huruf Jawa itu dipasang sebuah meriam peninggalan kerajaan Mataram.
|
Aneka Permainan Syawalan Kaliwungu |
Keramaian Syawalan
tentu saja mengundang orang untuk datang, dan sesuai dengan hukum pasar dimana
ada keramaian pastilah disitu juga ada pedagang yang “mremo” di acara Syawalan,
bahkan pengunjung yang datang sebagian besar bukan untuk berziarah Syawalan
melainkan untuk menikmati keramaian itu yang dimeriahkan oleh berbagai macam
penjual dan aneka permainan anak-anak. Aneka hiburan tersedia dari mulai
permainan anak-anak semacam komedi putar, hingga hiburan orang dewasa semacam
Tong Setan dan lain-lain.
Oleh Saifurroyya
Dari Berbagai Sumber